• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
19 Jul

K-Poppers, Ini 5 Cara untuk Menghindari Jadi Toxic Fans

by Tiorys Immanuella

Hai, Socconians!

Siapa di sini yang suka nonton drama Korea karena idolanya menjadi pemeran atau karena soundtrack dramanya dinyanyikan idola kalian? Biasanya, setelah nonton kamu juga nggak kelewatan untuk melihat ulasan dan rating drama tersebut. Nah, ketika Socconians melakukan itu, memang cukup sulit ya untuk tidak membaca komentar-komentar yang berlawanan dengan pendapat kita. Ketika Socconians membaca komentar-komentar tersebut, bisa jadi mendorong keinginan kita untuk melakukan sesuatu demi membela idola. Tanpa disadari, tindakan berikutnya akan menentukan ke mana arah obsesi kita terhadap idol. Hmm.. Jangan-jangan kamu termasuk toxic fans? Lebih jelasnya, yuk sama-sama kenali lima cara untuk menghindari diri kita menjadi toxic fans!

Dilansir dari Namuwiki, masuknya korean wave di Indonesia dan Asia Tenggara diawali dari penayangan drama-drama korea, yang kemudian popularitasnya terus menyebar melalui media sosial. Hasilnya, popularitas mereka yang berkembang melalui media sosial telah mendapatkan perhatian internasional dan memudahkan individu berinteraksi dengan fans internasional yang memiliki minat sama dan membentuk kelompok-kelompok penggemar grup musik K-pop atau lebih dikenal sebagai fandom sebagai wadah untuk memuja idola. Lantas, apakah memuja idola itu adalah hal yang baik atau buruk?

Menurut Randy Sansone dan Lori Sansone tahun 2014, ketika seseorang memiliki tingkat pemujaan selebriti yang cukup tinggi, ternyata mereka cenderung memiliki karakteristik psikososial tertentu, seperti lebih rentan untuk memiliki kesulitan dalam meregulasi emosi, mengalami kekhawatiran berlebihan terhadap citra tubuh (body image), memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan operasi plastik, lebih sering mencari sensasi, memiliki kekakuan kognitif, difusi identitas dan batasan interpersonal yang buruk. Selain itu, pada tingkat pemujaan selebriti yang sangat tinggi, dapat menyebabkan gangguan psikologis dan interpersonal tambahan, seperti memunculkan beberapa fitur gangguan kepribadian narsistik, disosiasi, kecenderungan adiktif, kecenderungan kriminal, perilaku mengintai, pembelian kompulsif, depresi, kecemasan dan disfungsi sosial umum.

Dalam kasus ekstrem yang disebabkan dari perilaku kriminal dan perilaku mengintai seseorang, bukan hanya dilakukan sebagai bagian dari pemujaan idola, melainkan bisa menjadi bahan perundungan di internet (cyberbullying). Adapun delapan jenis perilaku cyberbullying yang biasanya dilakukan dan perlu disadari, yaitu:

  1. Melakukan kekerasan verbal
  2. Pencemaran nama baik dengan menyebarkan berita bohong atau fitnah
  3. Menguntit dan meninggalkan jejak yang mengancam korban
  4. Kekerasan seksual dengan menyebarkan konten seksual tanpa izin
  5. Membocorkan informasi pribadi
  6. Melakukan pengucilan pada seseorang di grup chat
  7. Pemerasan dunia maya
  8. Pemaksaan cyber atau memaksa seseorang di internet untuk bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan.

Maka dari itu, perilaku memuja selebritas pada tingkat yang sangat berlebihan lebih mengarah pada hal yang buruk. Meskipun wajar untuk memikirkan idola, tetapi tentu saja hal ini memiliki batasan agar tidak mengarahkan seseorang untuk memiliki gangguan obsesif-kompulsif. Jika rasa kagum berlebihan telah memperburuk kegiatan sehari-hari, kesehatan mental diri sendiri, meresahkan orang lain tanpa terkecuali idola yang dikagumi, hingga membahayakan diri dan orang lain, maka perilaku wajar seorang fans yang mengagumi idola dikhawatirkan berubah menjadi toxic fans.

Cara untuk Menghindari Diri Jadi Toxic Fans?

1. Alihkan perhatian kita dengan jeda yang berbeda-beda

Pikirkan sesuatu yang menarik, positif, dan menyenangkan agar tidak memperburuk keadaan. Hal ini juga dapat membantumu untuk mengalihkan pikiran dari informasi atau komentar yang meresahkan tentang idola, mengurangi obsesi berlebihan terhadap suatu hal, dan mengistirahatkan pikiran kamu. Selain itu, hal ini juga membantu kamu mengingat bahwa ada hal lain dalam hidupmu yang masih penting. Lakukan sesuatu yang membuatmu keluar dari pikiran obsesi yang dimiliki.

2. Selesaikan tugas sekolah atau pekerjaan

Utamakan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah atau tugas kantor untuk mengalihkan obsesi terhadap idola dan hal lainnya yang memperburuk kondisi kesehatan mental.

3. Fokus pada nilai hidup

Pikirkan tentang nilai hidup yang dapat memberikan kegembiraan. Nilai hidup yang bermanfaat untuk diri dan orang lain dapat membantumu untuk tidak memberikan fokus hanya pada idolamu saja, namun juga pada banyak hal yang dapat kamu berikan pada orang-orang terdekatmu.

4. Terapkan kebiasaan yang sehat

Lakukan kegiatan untuk bisa dilakukan secara rutin seperti memberi jeda lima menit untuk kembali fokus pada nafas dan mengurangi penggunaan gadget. Memberikan kebiasaan untuk beristirahat dan mengalihkan fokus dapat membantumu untuk merasa tenang.

5. Berikan waktu

Seiring berjalannya waktu, jika kita konsisten untuk mengalihkan pikiran dan perilaku kita, maka secara bertahap rasa obsesi tersebut dapat berkurang. Semuanya butuh proses, sama seperti proses kamu untuk tidak menjadi toxic fans!

Terakhir, ketika mulai menyukai sesuatu, ada baiknya untuk mengingat bahwa kebahagian kita tidak pernah bergantung pada hanya satu hal dan pada kehidupan orang lain. Jadi, kita bisa lebih mudah mengontrol rasa kagum dalam batas wajar dan memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatan mental diri kita dan orang lain.

Ingin tahu lebih banyak tentang isu kesehatan mental? Yuk, langsung akses Social Connect untuk baca topik-topik menarik lainnya.

Referensi

Penulis: Tiorys Immanuella

Editor-in-Chief: Aniesa Rahmania Pramitha Devi

Editor Medis: Astridiah Primacita Ramadhani, S.Psi

Editor Tata Bahasa: Indah Riadiani dan Sulistia Ningsih

Sumber Tulisan:

  1. Baker, Lisa C. (2018). “Child Fandom: Understanding Celebrity Obsession”. Diakses pada 17 Oktober 2020 dari laman Healthline.com.
  2. Jun, Woochun. (2020). “A Study on the Cause Analysis of Cyberbullying in Korean Adolescents”. International Journal of Environmental Research and Public Health. Volume 17. Hlm. 1--19. Diakses pada 17 Oktober 2020 dari situs web www.ncbi.nlm.nih.gov.
  3. Lickerman, Alex. (2010). “Overcoming Obsession”. Diakses pada 17 Oktober dari situs web psychologytoday.com.
  4. Sansone, RA., Sansone, LA. (2014). “I’m Your Number One Fan— A Clinical Look at Celebrity Worship”. Innovations in Clinical Neuroscience. Volume 11. Hlm. 39--43. Diakses pada 17 Oktober 2020 dari situs web www.ncbi.nlm.nih.gov.
  5. Tim Penulis Namu Wiki. (2020). “Hallyu”. Diakses pada 17 Oktober 2020 dari situs web Namu.wiki 한류

Artikel Lainnya!

14 Aug

4 Cara untuk Meningkatkan Self-Image Kita

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Self-image adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri secara baik atau buruk. Jika kita seringkali membanding-bandingkan diri kita dan membentuk sebuah pemikiran, “Kalau kita tidak sukses (seperti yang lain), kita tidak berharga”. Alhasil, self-image kita akan merosot. Berikut empat cara untuk meningkatkan self-image kita!

Read More
12 Aug

Meningkatkan Kualitas Hubungan: Know Yourself Better

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Apakah Socconians sudah mengenali diri kalian lebih baik? Dengan mengenali diri kita sendiri, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan kita dengan diri kita sendiri, lho! Selayaknya ketika kita ingin berkenalan dengan orang lain, mengenali diri kita sendiri menggunakan pendekatan yang serupa.

Read More
10 Aug

Mengetahui Lebih Banyak Tentang Toxic Relationship

by Rizka Siti Nur Rachmawati, S.Psi

Socconians pernah dengar apa itu toxic relationship? Saat ini tidak jarang ditemui bahwa apa yang kita anggap tidak sehat belum tentu orang lain juga akan sependapat. Ada beberapa hal dasar yang perlu sama-sama Socconians ketahui tentang tanda-tanda hubungan toxic relationship. Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut ini!

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2025 All rights reserved.