• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
28 Jul

Meningkatkan Kualitas Hubungan: Belajar Empati kepada Orang Lain

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Hai, Socconians!

Dalam situasi pandemi selama 2 tahun ini, kita kesulitan untuk bertemu dengan orang lain dan saling berinteraksi. Namun, hal ini tidak seharusnya menghalangi kita untuk menjalin hubungan dengan orang-orang di sekitar kita.

Salah satu hal penting dalam menjalin hubungan yang kita miliki dan untuk meningkatkan kualitas hubungan kita dengan orang lain juga adalah belajar empati.

Apa itu empati?

Empati merupakan kemampuan untuk berbagi dan merasakan pengalaman orang lain seolah pengalaman itu milik kita sendiri. Ketika kita berempati dengan orang lain, pikiran dan perasaan kita seperti ikut merasakan hal yang mereka rasakan.

Dalam membangun hubungan, beberapa hal yang kerap membuat kita gagal berempati adalah kita terburu-buru menghakimi mereka atau judging. Kepada teman kita yang merasa sedih dan kesulitan menyelesaikan masalahnya, kita cenderung menghakimi mereka dengan berpikir, “Kok, masalah kamu tidak selesai-selesai?”

Dalam pikiran kita, sudah tertera sebuah skenario sepihak soal mengapa teman kita tidak mampu menyelesaikan masalahnya. Alhasil, teman kita yang belum sempat menjelaskan apa pun sudah langsung dihakimi oleh pikiran kita sendiri.

Hal yang memungkinkan untuk kita gagal berempati terhadap orang di sekitar kita juga adalah karena setelah mendengarkan cerita mereka, timbul pikiran bahwa teman kamulah yang bersalah.

“Ya karena kamu [begini], jadinya kamu mengalami [hal buruk] ini.”

Lagi, pikiran kita mengarahkan kita bahwa yang mereka alami bukanlah hal yang seharusnya dipermasalahkan. Menurut kita, masalah tersebut merupakan hal yang mudah untuk dilalui jika kita berada di posisi mereka.

Menurut Cameron, dalam penelitiannya mengenai empati, upaya untuk berempati kepada orang lain merupakan upaya yang harus dikerahkan dengan susah payah. Karena selain kita harus berupaya untuk merasakan yang teman kita rasakan, kita juga harus berpikir seperti yang mereka rasakan. Namun, ketika kita menghentikan upaya kita untuk berempati, orang di sekitar kita akan berhenti untuk menjalin hubungan dengan kita.

Ketika kita belajar untuk berempati kepada orang lain, kita akan mampu memahami perasaan dan cara berpikir mereka. Kita juga ikut membantu mereka sebagai “bahu sandaran” yang mereka butuhkan ketika mereka sedih atau sedang mengalami masalah. Selain itu, dengan belajar berempati, kita juga bisa melatih kemampuan untuk mengatur emosi kita sendiri. Dengan berupaya untuk memberikan kebaikan kepada orang lain, kita bisa banyak belajar untuk meningkatkan kualitas diri kita sendiri juga.

Jadi, cara-cara untuk berempati bagaimana yang Social Connect sarankan kepada Socconians? Nah, inilah tips-tipsnya!

  • Berusaha untuk mendengarkan lawan bicara kita dari awal sampai akhir tanpa menyela;
  • Berusaha untuk memperhatikan bahasa tubuh lawan bicara kita;
  • Berusaha untuk setuju dengan apa yang lawan bicara kita bahas, jangan dibantah dahulu;
  • Fokuskan waktu perbincangan kalian dengan membahas semua hal yang terkait dengan lawan bicara kita, tanyakan lebih lanjut mengenai kehidupan mereka;
  • Berusaha untuk membayangkan apa rasanya jika berada di posisi mereka.

Setelah mengalami pandemi, kita jangan patah semangat untuk kembali menjalin hubungan yang bermakna dengan orang-orang di sekitar kita. Dengan belajar empati kepada orang lain, kita bisa meningkatkan kualitas kesehatan mental kita juga, lho! Karena kesehatan mental kita semua merupakan hal yang penting.

Yuk, Socconians, kita tingkatkan kualitas hubungan kita dengan orang lain lewat berempati!

Mengenai hubungan dan kesehatan mental, jangan lupa untuk membaca artikel lainnya di Social Connect, ya, Socconians

Referensi

Nama Penulis : Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Editor Tata Bahasa : Hania Latifa
Sumber Tulisan :

  1. Cameron, C. D., Hutcherson, C. A., Ferguson, A. M., Scheffer, J. A., Hadjiandreou, E., & Inzlicht, M. (2019). Empathy is hard work: People choose to avoid empathy because of its cognitive costs. Journal of Experimental Psychology: General, 148(6), 962–976. https://doi.org/10.1037/xge0000595
  2. Cherry, K. (2020, May 2). What is empathy? Verywell Mind. Retrieved July 5, 2022, from https://www.verywellmind.com/what-is-empathy-2795562
  3. Hall, J. A., & Schwartz, R. (2018). Empathy present and future. The Journal of Social Psychology, 159(3), 225–243. https://doi.org/10.1080/00224545.2018.1477442
  4. Riess, H. (2017). The science of empathy. Journal of Patient Experience, 4(2), 74–77. https://doi.org/10.1177/2374373517699267

Artikel Lainnya!

14 Aug

4 Cara untuk Meningkatkan Self-Image Kita

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Self-image adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri secara baik atau buruk. Jika kita seringkali membanding-bandingkan diri kita dan membentuk sebuah pemikiran, “Kalau kita tidak sukses (seperti yang lain), kita tidak berharga”. Alhasil, self-image kita akan merosot. Berikut empat cara untuk meningkatkan self-image kita!

Read More
12 Aug

Meningkatkan Kualitas Hubungan: Know Yourself Better

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Apakah Socconians sudah mengenali diri kalian lebih baik? Dengan mengenali diri kita sendiri, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan kita dengan diri kita sendiri, lho! Selayaknya ketika kita ingin berkenalan dengan orang lain, mengenali diri kita sendiri menggunakan pendekatan yang serupa.

Read More
10 Aug

Mengetahui Lebih Banyak Tentang Toxic Relationship

by Rizka Siti Nur Rachmawati, S.Psi

Socconians pernah dengar apa itu toxic relationship? Saat ini tidak jarang ditemui bahwa apa yang kita anggap tidak sehat belum tentu orang lain juga akan sependapat. Ada beberapa hal dasar yang perlu sama-sama Socconians ketahui tentang tanda-tanda hubungan toxic relationship. Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut ini!

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2023 All rights reserved.