• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
18 Nov

13 Alasan Seseorang Menyakiti Diri Sendiri

by Rahayu Dwi Astuti, S.Psi

13 Alasan Seseorang Menyakiti Diri Sendiri

Self-injury merupakan perilaku yang dilakukan untuk menimbulkan luka pada diri sendiri, dan hal ini dilakukan dengan sengaja. Seseorang yang menyakiti diri tentu beresiko mengalami cedera, dari yang ringan hingga yang berat. Hal ini berlawanan dengan insting manusia untuk mempertahankan hidupnya. Oleh sebab itu, banyak orang yang tidak bisa memahami orang lain yang dengan sengaja menyakiti dirinya sendiri. Seseorang yang melakukan self-injury sering disalah pahami sebagai seseorang yang mencari perhatian, tidak bersyukur atas hidupnya, atau berlebihan menghadapi masalah.

Socconians, apakah ada seseorang dalam lingkungan kamu yang pernah menyakiti diri sendiri? Social Connect ingin mengajak teman-teman untuk memahami mengapa perilaku self-injury dilakukan seseorang. Yuk, simak uraiannya!

Klonsy dan Glenn merupakan ahli psikologi yang meneliti mengenai fenomena self-injury. Mereka menjelaskan bahwa setidaknya ada 13 alasan yang menjelasakan mengapa seseorang menyakiti dirinya sendiri. Alasan ini berkaitan dengan aspek di dalam diri individu maupun aspek lingkungan diluar diri individu.

1. Menunjukkan otonomi

Sebagian orang menyakiti diri mereka sendiri untuk menunjukkan pada orang lain bahwa mereka memiliki kuasa atas diri dan tubuh mereka. Seseorang mungkin saja menyakiti diri sendiri untuk memperlihatkan bahwa dirinya berhak melakukan apa saja pada tangan, kaki, maupun tubuhnya. Tidak hanya itu, bisa juga untuk menegaskan bahwa tidak ada orang lain yang dapat mengendalikan tubuh dan dirinya.

2. Batasan interpersonal

Perilaku self-injury dilakukan seseorang untuk memperjelas batasan diri bahwa dirinya terpisah dari orang lain di sekitarnya. Menandai kulit atau bagian tubuh lainnya merupakan upaya seseorang untuk membedakan diri dengan orang lain.

3. Upaya untuk mempengaruhi orang lain

Sering kali, orang-orang yang melakukan self-injury tidak tahu bagaimana cara mengomunikasikan perasaan-perasaaan negatif kepada orang lain. Oleh sebab itu, bagi sebagian orang menyakiti diri sendiri merupakan bentuk teriakan minta tolong, cara untuk menghindari pengabaian, atau untuk mendapatkan kasih sayang dari orang terdekatnya. Hal ini juga dilakukan sebagai upaya untuk mempengaruhi atau memanipulasi perilaku atau emosi orang lain, misalnya untuk membuat orang lain bertindak atau bersikap seperti yang ia harapkan.

4. Sebagai tanda ikatan pertemanan

Sebagian orang meyakini bahwa self-injury adalah simbol atau tanda persahabatan agar mereka merasa terikat dengan orang lain yang juga melakukan hal yang sama.

5. Upaya untuk menghukum orang lain

Perilaku self-injury dilakukan oleh sebagian orang untuk menyakiti perasaan orang lain atau untuk membuat orang lain menjadi marah.

6. Bentuk kepedulian kepada diri sendiri

Luka yang didapatkan seseorang setelah melakukan self-injury dianggap sebagai kesempatan untuk merawat dan lebih peduli kepada diri sendiri dengan cara berfokus pada penyembuhan luka.

7. Mencari sensasi atau gairah

Perilaku self-injury  merupakan upaya yang dilakukan untuk membangkitkan kesenangan, kegembiraan, atau antusiasme untuk melakukan sesuatu seperti halnya saat sedang melakukan terjun payung atau bungee jumping.

8. Menunjukkan ketangguhan

Beberapa orang melakukan self-injury  ketika bersama orang lain, karena mereka ingin menunjukkan bahwa dirinya tidak lemah dan tangguh dalam menanggung luka fisik yang timbul akibat self-injury .

9. Regulasi emosi

Perilaku self-injury paling sering dilakukan untuk meredakan emosi negatif yang intens dan berlebihan. Emosi seperti kemarahan, kecemasan, dan frustrasi cenderung muncul sebelum melakukan self-injury  dan sering kali individu memperoleh perasaan lega atau tenang setelah melakukan perilaku ini.

10. Menghindari keadaan disosiasi

Beberapa orang yang melakukan self-injury menyatakan bahwa mereka terkadang merasa tidak nyata atau tidak merasakan apa-apa sama sekali. Sehingga beberapa orang melakukan self-injury untuk menghentikan episode disosiasi atau depersonalisasi ini.  Luka fisik yang muncul dan darah yang terlihat keluar dari tubuh dapat menyentak sistem tubuh dan membantu pelaku self-injury kembali mendapatkan kesadarannya. Alasan yang terkadang disebuatkan oleh orang yang melakukan self-injury misalnya, "untuk merasakan sesuatu bahkan jika itu adalah rasa sakit", "untuk merasa nyata kembali", atau "untuk berhenti merasa mati rasa".

11. Mencegah keinginan bunuh diri

Sebenarnya seseorang yang menyakiti dirinya tidak ingin untuk bunuh diri, justru mereka menyakiti diri sendiri sebagai cara untuk melawan dorongan bunuh diri yang muncul. Perilaku self-injury dilakukan untuk mengekspresikan pikiran bunuh diri tanpa menimbulkan adanya risiko meninggal dunia.

12. Menunjukkan tingkat distres

Dalam situasi tertentu stres yang dirasakan terasa tidak nyata. Sakit yang dirasakan jelas nyata, tetapi tidak ada luka nyata yang bisa dipahami oleh mata. Cara yang diambil seseorang untuk menunjukkan bahwa stres ini benar-benar nyata dan sangat menyakitkan adalah dengan melukai bagian tubuhnya sendiri.

13. Hukuman diri

Self-injury dijadikan sebagai cara untuk mengatur emosi negatif yang berfokus pada diri sendiri, misalnya untuk menghentikan perasaan benci atau malu pada diri sendiri atau untuk menghukum diri sendiri.

Setelah mengetahui alasan mengapa seseorang menyakiti diri sendiri, semoga Socconians bisa lebih memahami teman-teman yang menyakiti diri mereka sendiri. Jangan lupa untuk menjaga kesehatan fisik dan juga kesehatan mental, ya!

Referensi

Penulis: Rahayu Dwi Astuti, S.Psi

Editor Tata Bahasa: Dian Rotua Damanik

Sumber Tulisan:

  1. Klonsky, E. D. (2007). The Functions of Deliberate Self-Injury: A Review of the Evidence . Clinical Psychology Review, 226-239.
  2. Klonsky, E. D., & Glenn, C. R. (2009). Assessing the Functions of Non-Suicidal Self-Injury: Psychometric Properties of the Inventory of Statements About Self-Injury. J Psychopathol Behav Assess, 215-219.
  3. Klonsky, E. D., & Muehlepkamn, J. J. (2007). Self-Injury: A Research Review for the Practitioner. Journal of Clinical Psychology, 1045-1056.


Artikel Lainnya!

06 Apr

Benarkah YOLO = Bahagia yang  Sesungguhnya?

by Lydia Kristiani S. Psi

Setiap orang punya hobi atau kegemaran akan sesuatu yang berbeda-beda. Bisa jadi berbelanja atau berwisata. Ketika orang tersebut tenggelam dalam kesenangannya, kerap terucap slogan, "You only live once!"  alias YOLO. Gaya hidup dengan patokan YOLO makin mudah dijumpai saat ini. Sesungguhnya,  YOLO mempunyai hubungan dengan kesehatan mental lho!

Read More
04 Apr

13 Cara untuk Menjadi Lebih Bahagia

by Anita Djie, S.Psi

Halo, Socconians!

Ketika menghadapi banyak masalah atau merasa suntuk dengan kehidupan sehari-hari, sangat wajar apabila kalian merasa sedih atau tidak bersemangat. Tapi, jangan berlarut dalam kesedihan, yuk! Jika emosi negatif tersebut tidak ditangani dengan baik, kesehatan mental kalian juga dapat terdampak.

Read More
21 Mar

Cara Meningkatkan Kualitas Hidup di Masa Pandemi

by Nadiah Cahyani, S.Psi.

Hi, Socconians

Kali ini, Social connect akan membagikan beberapa cara untuk meningkatkan kualitas hidup di masa pandemi, lho. Kira-kira apa sajakah itu?

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2022 All rights reserved.