• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
16 Feb

Kenalan sama Indera Keenam Kita Yuk!: Interoception

by Indah Setiawan, S.Psi.

Socconians, selama ini, kita mengenal lima indra yang berperan menangkap stimulus eksternal. Beberapa di antaranya adalah indera penglihatan melalui organ mata menerima stimulus visual, indera pendengaran melalui organ telinga menerima stimulus auditori, dan indera peraba melalui organ kulit menerima stimulus taktil (tekanan dan sentuhan).

Kendati demikian, benarkah kita hanya memiliki lima indra? Studi terkini mengindikasikan kemungkinan kita memiliki lebih dari lima indra. Namun, ada satu indra yang belakangan ini mendapatkan banyak perhatian dari peneliti, bahkan sampai mendapat label sebagai indra keenam manusia. Kali ini, Social Connect akan membahas interoception dan hubungannya dengan kesehatan mental kita.

Apa itu indra?

Indra merupakan “jembatan” antara stimulus dan persepsi terhadap keadaan di luar tubuh kita. Secara umum, manusia memiliki lima indra utama, di antaranya adalah penglihatan, peraba, penciuman, pendengaran, dan pengecapan. Jika melihat kembali ke masa prahistoris, indra berfungsi membantu kita memahami lingkungan sekitar, bahkan memicu perilaku tertentu sebagai reaksi dari stimulus yang ada. Misalnya, indera penciuman berperan dalam memberikan peringatan akan bahaya dari lingkungan, perilaku makan, dan interaksi sosial. Penurunan kemampuan sensoris berdampak pada berkurangnya kemampuan individu untuk merespons stimulus yang ada.

Lalu, apa itu interoception?

Kalau Socconians pernah merasakan sekaligus menyadari letak nyeri pada area tubuh tertentu, hal tersebut mungkin mengindikasikan bahwa Socconians memiliki kemampuan interoception yang baik. Berbeda dengan kelima indera lain, interoception adalah indera yang berfungsi menyadari sensasi internal yang dialami oleh tubuh. Garfinkel bersama rekan-rekannya mengemukakan, terdapat tiga dimensi interoception, yaitu interoceptive accuracy, interoceptive awareness, dan interoceptive sensibility.

Interoceptive accuracy merupakan kemampuan individu untuk mendeteksi sensasi fisiologis dalam tubuh dengan tepat. Apabila suatu individu mampu menangkap sensasi fisiologis dengan akurat, maka dapat dikatakan individu tersebut memiliki interoceptive awareness yang baik. Terakhir, interoceptive sensibility mengacu pada bagaimana individu “mempersepsikan, menilai, dan menggunakan informasi fisiologis”. Salah satu cara mengukur interoceptive sensibility adalah dengan mengerjakan self-report questionnaire.

OK, sekarang aku tahu apa itu interoception. Lalu, apa gunanya?

Sebagaimana definisinya, interoception yang baik memungkinkan kita untuk menyadari sensasi internal yang dirasakan secara akurat. Kemampuan interoception berguna, terutama dalam mengenali sensasi fisiologis tertentu, khususnya seperti gejala yang biasanya muncul pada gangguan panik dan depresi.

Misalnya, individu yang mengalami isu panik atau kecemasan ekstrem sering mengalami hiperventilasi. Adapun gejala yang biasanya juga muncul bersamaan dengan hiperventilasi antara lain ketegangan otot serta sesak pada area dada dan sekitar perut. Jika individu dapat mengidentifikasi gejala ini dengan cepat, individu dapat melakukan penanganan darurat seperti menerapkan teknik relaksasi pernapasan.

Dalam kaitannya dengan interaksi sosial, sebuah studi menemukan peningkatan kemampuan interoception dapat berperan dalam menurunkan rasa kesepian. Kesepian merupakan salah satu faktor penting dalam interaksi sosial, bahkan turut memengaruhi kualitas kesehatan fisik individu. Salah satu hipotesis mengapa seseorang merasa kesepian adalah karena adanya bias atensi yang dikenal sebagai hypervigilance for social threat.

Keberadaan bias atensi ini menyebabkan seseorang cenderung lebih memperhatikan stimulus sosial yang bersifat negatif. Interoception memungkinkan individu untuk mengalihkan perhatiannya menjadi lebih terarah ke dalam diri dan membangun citra diri yang lebih positif. Harapannya, individu dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian, individu dapat memperbaiki pola interaksi sosialnya dengan meningkatkan kemampuan interoception.

Nah, Socconians, bagaimana? Menarik, bukan? Ternyata, tubuh kita sendiri dapat berfungsi sebagai “alarm” alami jika kita benar-benar mau memperhatikan dengan tepat. Yuk, kenali diri dan tetap jaga kesehatan mental kita!

Referensi

Nama Penulis: Indah Setiawan, S.Psi

Editor Tata Bahasa: Hania Latifa

Sumber Tulisan:

  1. Arnold AJ, Winkielman P, Dobkins K. Interoception and Social Connection. Frontiers in psychology. 2019 Nov 26;10:2589. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2019.02589
  2. John Hopkins Medicine. (2021). “Hyperventilation”. Diakses pada tanggal 14 September 2021. https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/hyperventilation
  3. Armstrong, Kim. (2019). “Interoception: How We Understand Our Body’s Inner Sensations”. Diakses pada 4 September 2021. https://www.psychologicalscience.org/observer/interoception-how-we-understandour-bodys-inner-sensations
  4. Robson, David. (2021). “Interoception: the hidden sense that shapes wellbeing”. Diakses pada 4 September 2021. https://www.theguardian.com/science/2021/aug/15/the-hidden-sense-shaping-yourwellbeing-interoception

Artikel Lainnya!

14 Aug

4 Cara untuk Meningkatkan Self-Image Kita

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Self-image adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri secara baik atau buruk. Jika kita seringkali membanding-bandingkan diri kita dan membentuk sebuah pemikiran, “Kalau kita tidak sukses (seperti yang lain), kita tidak berharga”. Alhasil, self-image kita akan merosot. Berikut empat cara untuk meningkatkan self-image kita!

Read More
12 Aug

Meningkatkan Kualitas Hubungan: Know Yourself Better

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Apakah Socconians sudah mengenali diri kalian lebih baik? Dengan mengenali diri kita sendiri, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan kita dengan diri kita sendiri, lho! Selayaknya ketika kita ingin berkenalan dengan orang lain, mengenali diri kita sendiri menggunakan pendekatan yang serupa.

Read More
10 Aug

Mengetahui Lebih Banyak Tentang Toxic Relationship

by Rizka Siti Nur Rachmawati, S.Psi

Socconians pernah dengar apa itu toxic relationship? Saat ini tidak jarang ditemui bahwa apa yang kita anggap tidak sehat belum tentu orang lain juga akan sependapat. Ada beberapa hal dasar yang perlu sama-sama Socconians ketahui tentang tanda-tanda hubungan toxic relationship. Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut ini!

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2025 All rights reserved.