• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
16 Oct

Mengenal Tipe-tipe OCD (Obsessive Compulsive Disorder)

by Grace Sarah Oktovina S.Psi

Halo, Socconians!  

Apakah kamu sering atau minimal pernah mendengar dan membaca informasi mengenai obsesi seseorang? Contohnya obsesi terhadap kebersihan, kerapian, penampilan, isu kesehatan fisik, atau barangkali obsesi terhadap hal lainnya. 

Obsesi yang dialami seseorang dapat berupa pemikiran-pemikiran yang tidak diinginkan, tetapi terus-menerus muncul hingga tidak jarang mengakibatkan stres. Sebuah obsesi biasanya beriringan dengan tindakan kompulsi yaitu kegiatan berulang-ulang yang dilakukan untuk meredakan stres sebagai akibat dari obsesi yang dialami. Misalnya, seseorang yang terobsesi dengan kebersihan kerap kali mencuci tangan secara berkali-kali dalam kurun waktu tertentu. Tindakan yang demikian disebut dengan istilah OCD atau Obsessesive Compulsive Disorder.

Sesuatu yang umumnya dipengaruhi oleh faktor keturunan atau genetis ini termasuk ke dalam jajaran isu kesehatan mental yang penting untuk dibahas lebih lanjut. Satu hal paling mendasar yang perlu diketahui dari OCD ini adalah tipe-tipenya. Yuk, simak pembahasannya dalam artikel ini sampai tuntas!

Tipe-tipe OCD adalah sebagai berikut.

1. Kontaminasi

OCD tipe ini memiliki kekhawatiran yang tinggi terhadap kontaminasi, seperti kontaminasi kuman, kotoran, atau hal lainnya. Oleh karena itu, orang yang terdiagnosis OCD menghindari hal-hal yang bisa mengakibatkan kontaminasi dan melakukan ritual mencuci tangan, memakai hand sanitizer, tisu basah, atau hal lain yang sejenis secara berulang.

2. Keraguan

Bentuk keraguan yang muncul pada orang yang mengalami OCD adalah keraguan atas tindakan yang dilakukan, baik itu berkaitan dengan diri sendiri maupun orang lain. Orang dengan OCD ini sering mempertanyakan apakah hal yang dilakukannya sudah benar atau belum, serta membahayakan atau tidak. Misalnya, apakah mereka sudah mengunci pintu atau belum, sudah mematikan gas atau belum, hingga tindakannya bisa melukai orang lain atau tidak. Umumnya, keraguan itu beriringan dengan ketakutan yang tinggi terhadap kesalahan sehingga penderita OCD akan terus mengecek segala hal yang mereka ragukan.

3. Keteraturan

Tipe ini selalu menjunjung tinggi keteraturan dan biasanya takut apabila terdapat hal-hal yang tidak teratur dan tepat, sesuai dengan aturan dan tata letak secara akurat. Contoh sederhananya adalah harus meletakkan sepatu dengan simetris.  Apabila dirasa belum simetris, dirapikan kembali secara berulang sampai benar-benar tepat.

4. Agama dan Moral

Mungkin Socconians merasa terkejut dengan tipe OCD ini. Terkadang, tipe OCD agama dan moral tidak dianggap sebagai isu kesehatan mental, tetapi mungkin dianggap sebagai masalah iman seseorang. OCD agama dan moral sering disebut dengan Scripulosity. Seseorang yang mengalami Scripulosity mengalami ketakutan berlebih untuk membuat Tuhan marah, ketakutan terhadap moral, ketakutan terhadap dosa dan kehidupan setelah kematian (surga dan neraka), serta sering dibayangi dengan pikiran-pikiran yang mengganggu tentang isu dan pemikiran agama. Oleh karena itu, seseorang melakukan kegiatan agama secara terus-menerus, seperti sering mengulang doa, membaca kitab suci dengan intensitas berlebih, serta beribadah secara sering dan berulang-ulang.

5. Agresif

Tipe OCD ini memiliki ketakutan saat mereka menyakiti dan membahayakan orang lain atau diri sendiri. Beberapa contoh ketakutan akan menyakiti dan membahayakan orang lain, seperti ketakutan menyakiti bayi atau perasaan seseorang, serta mengancam seseorang dengan menggunakan senjata berbahaya. Sementara itu, ketakutan akan menyakiti dan membahayakan diri sendiri, seperti ketakutan mengatakan sesuatu yang tidak pantas di tempat umum dan ketakutan memegang objek yang tajam. Oleh karena itu, mereka menghindari hal-hal tersebut.

6. Seksual

Hal ini mungkin dinilai tabu oleh sebagian besar orang. Padahal, orang yang mengalami tipe OCD seksual merasa sangat tertekan dan malu akan pemikiran yang tidak diinginkan tersebut. Akan tetapi, pemikiran itu sulit dikontrol dan menyebabkan stres. Oleh karena itu, orang yang mengalami OCD tipe ini akan menghindari hal-hal yang berkaitan dengan pemikiran seksual.

Nah, apabila kamu atau orang di sekitar mengalami gejala seperti yang disebutkan sebelumnya, segera cari bantuan ke tenaga profesional, seperti psikolog dan psikiater. Dengan demikian, diharapkan mendapat penanganan yang tepat agar kondisinya semakin membaik. Oh iya, saat kondisi pandemi seperti ini, jangan lupa untuk jaga kesehatan dan patuhi protokol kesehatan ya, Socconians!

Referensi

Penulis: Grace Sarah Oktovina S.Psi

Editor Tata Bahasa: Delisti Putri Utami dan Shania

Sumber Tulisan

  1. Burroughs, E., Kitchen, K., Sandhu, V., & Richter, P.M.A. (2015). Obsessive-compulsive disorders: a handbook for patients and families. Canada: Sunnybrook, Frederick W. Thompson Anxiety Disorders Centre. Diakses pada 21 Mei 2021, dari https://sunnybrook.ca/uploads/1/departments/psychiatry/ocd-information-guide-2015.pdf
  2. Taylor, S. (2005). Dimensional and subtype models of OCD. In Concepts and controversies in obsessive-compulsive disorder (pp. 27-52). Springer, Boston, MA.

Artikel Lainnya!

14 Aug

4 Cara untuk Meningkatkan Self-Image Kita

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Self-image adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri secara baik atau buruk. Jika kita seringkali membanding-bandingkan diri kita dan membentuk sebuah pemikiran, “Kalau kita tidak sukses (seperti yang lain), kita tidak berharga”. Alhasil, self-image kita akan merosot. Berikut empat cara untuk meningkatkan self-image kita!

Read More
12 Aug

Meningkatkan Kualitas Hubungan: Know Yourself Better

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Apakah Socconians sudah mengenali diri kalian lebih baik? Dengan mengenali diri kita sendiri, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan kita dengan diri kita sendiri, lho! Selayaknya ketika kita ingin berkenalan dengan orang lain, mengenali diri kita sendiri menggunakan pendekatan yang serupa.

Read More
10 Aug

Mengetahui Lebih Banyak Tentang Toxic Relationship

by Rizka Siti Nur Rachmawati, S.Psi

Socconians pernah dengar apa itu toxic relationship? Saat ini tidak jarang ditemui bahwa apa yang kita anggap tidak sehat belum tentu orang lain juga akan sependapat. Ada beberapa hal dasar yang perlu sama-sama Socconians ketahui tentang tanda-tanda hubungan toxic relationship. Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut ini!

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2025 All rights reserved.