• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
15 Jun

Pengaruh Idola terhadap Kesehatan Mental

by Lintang Nastiti, S.Psi.

Idola dan penggemar, dua hal yang tidak dapat dipisahkan, baik dari bidang entertainment maupun dari bidang lain. Kombinasi antara zaman globalisasi dan teknologi memudahkan anak muda untuk mengenal para figur publik (public figure) atau selebritis baik dalam maupun luar negeri. Jika dulu anak muda mengenali idolanya melalui media massa seperti televisi, koran, majalah, dan radio. Oleh karena itu, anak muda zaman sekarang mengenali idolanya melalui media sosial dan platform Youtube.

Hal tersebut mengakibatkan munculnya idola baru dari media sosial seperti selebtwit untuk Twitter, selebgram untuk Instagram, Youtuber untuk Youtube, dan seleb Tiktok. Tak hanya itu, banyaknya ajang pencarian bakat di televisi mengakibatkan munculnya idola-idola baru yang menjadi pujaan anak muda di seluruh pelosok Tanah Air, bahkan seluruh dunia.

Fenomena ini menyebabkan banyak anak muda yang memiliki idola. Bahkan, banyak yang kebingungan untuk menentukan idola mereka. Hal ini disebabkan oleh munculnya banyak idola baru dalam satu waktu. Selain itu, banyaknya figur publik yang berprestasi dan memenangkan penghargaan bergengsi juga memengaruhi penentuan idola.

Meski demikian, ada perbedaan perlakuan terhadap idola oleh penggemar perempuan dan laki–laki. Penelitian yang dilakukan oleh Jeanette dan Sinta Paramita terhadap enam orang ARMY pada 2018 menunjukkan bahwa penggemar perempuan menyukai grup BTS secara emosional (sahabat, saudara, dan hubungan romantis), sedangkan penggemar laki-laki menyukai BTS secara rasional (idola, panutan, dan kualitas musik). Penggemar perempuan lebih aktif dalam aktivitas komunitas. Di sisi lain, penggemar laki-laki tidak tertarik untuk menjadi anggota komunitas dan mendukung BTS dengan batasan-batasan tertentu.

Munculnya idola juga menyebabkan terbentuknya komunitas penggemar yang tersebar hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Ratna Kumala Sari dalam penelitiannya terhadap tujuh anggota komunitas ARMY Surabaya pada 2016 menunjukkan bahwa komunitas ARMY Surabaya terbentuk dari rasa solidaritas. Hal tersebut ditunjukkan melalui mendukung idola dengan sesama ARMY dan menjalin hubungan yang baik antaranggota komunitas dengan cara mengadakan acara setiap ulang tahun Bangtan Boys (event birthday party/anniversary) dan melakukan pertemuan (meet up) secara langsung kepada anggota komunitas.

Berdasarkan dua hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa kehadiran idola dapat memengaruhi kehidupan anak muda, terutama kesehatan mental mereka. Salah satu dampaknya adalah munculnya intimate relationship pada anak muda. Menurut Bradbury dan Karney (dalam Darfiyanti dan Putra, 2012), intimate relationship adalah hubungan dekat secara seksual yang diekspresikan dan dibagi bersama. Penelitian yang dilakukan oleh Dita Darfiyanti dan M.G. Bagus Ani Putra terhadap empat wanita dewasa awal menunjukkan keterkaitan antara pemujaan terhadap idola pop dan intimate relationship yang terletak pada kriteria pasangan ideal dan prioritas hubungan. Perilaku pengidolaan, yang terdiri dari modeling dan pemujaan, masih muncul pada dewasa awal. Tak hanya itu, ditemukan juga tingkat pemujaan yang lebih tinggi yaitu muncul bentuk pengorbanan para fan untuk idola pop yang disukai.

Menurut Ayu dan Astiti (2020), pengaruh positif idola terhadap kesehatan mental yaitu:

  1. sebagai inspirasi dalam meraih keinginan atau mimpi dan mengembangkan kreatifitas, menginspirasi anak muda untuk meniru kedisiplinan idola mereka dalam melakukan pekerjaan, serta membuat anak muda meniru gaya hidup positif para idola; dan
  2. kekaguman terhadap idola merupakan hal yang normal dan bagian dari perkembangan identitas diri. Sosok idola dijadikan sebagai model karena dinilai sebagai sosok yang memiliki kemampuan.

Menurut Meidita (2013), pengaruh negatif idola terhadap kesehatan mental yaitu:

1. Mengubah gaya hidup seseorang menjadi konsumtif

Karena terobsesi oleh idola, tidak jarang anak muda akan membeli aksesori mahal demi menyerupai gaya idolanya.

2. Mengubah pola pikir seseorang

Kehadiran idola telah mengubah sikap anak muda, mulai dari sifat idola hingga gaya bicara yang belum tentu sesuai dengan budaya Indonesia. Selain itu, dampak negatif yang dirasakan adalah tindakan para fan yang sudah di luar nalar, seperti mengejar, menampar, mengikuti, bahkan menyelinap masuk ke dalam hotel tempat idolanya menginap. Bahkan, tidak sedikit anak muda yang sengaja menyayat dan melukai idolanya dengan tujuan untuk menuliskan surat dengan tinta darah dan meminta idolanya untuk menikahinya.

3. Muncul gejala gangguan jiwa di jejaring sosial

Tak sedikit juga anak muda yang delusional, yaitu menganggap idolanya adalah pasangan hidup mereka. Di sinilah mulai muncul budaya virtual husband and wife. Apabila seseorang mengaku bahwa idolanya adalah suami atau istri mereka, maka gawai penggemar akan penuh dengan data idola, baik foto, lagu, dan video yang mereka unduh ataupun hasil berbagi dengan sesama fan.

4. Munculnya fanatisme yang berlebihan

Para anak muda yang fanatik ini akan membuat fanpage sebagai salah satu bentuk dukungan atau ketidaksukaan mereka pada satu idola ke idola lain. Fanatisme memicu munculnya fanwar atau perang antarfan yang sering membuat mereka adu mulut. Setiap orang mempunyai selera yang berbeda. Adanya perbedaan selera musik atau kegemaran itulah yang membuat setiap fandom pasti juga mempunyai antis atau orang yang tidak menyukai idola tersebut. Perbedaan itu memicu suatu fanwar yang biasanya banyak terjadi di dunia maya.

Referensi

Penulis : Lintang Nastiti, S.Psi.

Editor Tata Bahasa : Ruth Margaretha Millania

Sumber Tulisan :

  1. Ayu, N. W. R. S. & Astiti, D. P. (2020). Gambaran Celebrity Worship Pada Penggemar K-Pop. Psikobuletin: Buletin Ilmiah Psikologi 1(3), 203-210.
  2. Darfiyanti, D. & Putra, M. G. B. A. (2012). Pemujaan terhadap Idola Pop sebagai Dasar Intimate Relationship pada Dewasa Awal: sebuah Studi Kasus. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial 1(2), 53-60. 
  3. Jeanette & Paramita, S. (2018). Makna Idola Dalam Pandangan Penggemar (Studi Komparasi Interaksi Parasosial Fanboy dan Fangirl ARMY Terhadap BTS). Koneksi 2(2), 393-400. 
  4. Meidita, A. (2013). Dampak Negatif Industri Hallyu ke Indonesia. eJournal Ilmu Hubungan Internasional 1(4), 979-992. 
  5. Sari, K. S. (2016). Identitas Komunitas ARMY (Fandom Bangtan Boys) Suatu Kajian Subkultur di Kota Surabaya (Jurnal). Program Studi Sosiologi Universitas Airlangga.

Artikel Lainnya!

14 Aug

4 Cara untuk Meningkatkan Self-Image Kita

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Self-image adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri secara baik atau buruk. Jika kita seringkali membanding-bandingkan diri kita dan membentuk sebuah pemikiran, “Kalau kita tidak sukses (seperti yang lain), kita tidak berharga”. Alhasil, self-image kita akan merosot. Berikut empat cara untuk meningkatkan self-image kita!

Read More
12 Aug

Meningkatkan Kualitas Hubungan: Know Yourself Better

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Apakah Socconians sudah mengenali diri kalian lebih baik? Dengan mengenali diri kita sendiri, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan kita dengan diri kita sendiri, lho! Selayaknya ketika kita ingin berkenalan dengan orang lain, mengenali diri kita sendiri menggunakan pendekatan yang serupa.

Read More
10 Aug

Mengetahui Lebih Banyak Tentang Toxic Relationship

by Rizka Siti Nur Rachmawati, S.Psi

Socconians pernah dengar apa itu toxic relationship? Saat ini tidak jarang ditemui bahwa apa yang kita anggap tidak sehat belum tentu orang lain juga akan sependapat. Ada beberapa hal dasar yang perlu sama-sama Socconians ketahui tentang tanda-tanda hubungan toxic relationship. Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut ini!

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2023 All rights reserved.