• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
18 Nov

Quarter Life Crisis: Merasa Insecure? Ini Tipsnya!

by Fera Verentina, S.Psi

Halo, Socconians!

Tiap-tiap dari kita pasti pernah atau sedang mengalami apa yang disebut dengan quarter life crisis. Namun, beberapa orang terkadang sulit untuk memahami, menjalani, dan mengetahui apa saja yang harus dilakukan ketika sedang menghadapinya. Quarter life crisis ini juga memiliki dampak negatif bagi kesehatan mental jika kalian tidak bisa menanggulanginya, lho! Untuk itu, Social Connect akan membahasnya kali ini, simak artikel di bawah ini, ya!

Quarter life crisis itu apa?

Robbins dan Wilner (2001) menciptakan istilah quarter life crisis untuk menggambarkan transisi permasalahan ke masa dewasa, dam didefinisikan sebagai keadaan panik yang dipicu oleh perasaan kehilangan dan ketidakpastian.

Quarter life crisis adalah perasaan khawatir yang hadir atas ketidakpastian kehidupan mendatang seputar relasi, karier dan kehidupan sosial yang terjadi sekitar usia 20-an (Fischer, 2008).

Jadi, quarter life crisis adalah masa di mana seseorang dipenuhi oleh pemasalahan yang berkaitan dengan kekhawatiran, ketidakpastian, kehilangan, kehidupan yang akan mendatang, dan hidup yang lebih luas. Terkadang, dalam masa ini, seseorang sering meragukan dirinya dalam menjalankan tugas perkembangan yang ada.

Dampak dari quarter life crisis jika kita tidak bisa menghadapinya yaitu dapat membuat kita merasa selalu terkurung dalam kehidupan yang mereka rasa selalu negatif dan berbahaya.

Tips menghadapi quarter life crisis!

Tidak ada masa yang tidak dapat kita lewati, seperti pada beberapa quotes yang mengatakan bahwa kita melihat, belajar, dan bertumbuh. Setiap hal terjadi karena ada proses berkembang yang harus dinikmati. Kesehatan menjadi fokus dalam tips menghadapi QLC ini. So, this is the tips for you, Socconians.

1. Memahami Diri Sendiri.

Salah satu hal utama yang harus diketahui adalah memahami diri kita sendiri. Pahami bahwa kita dituntut untuk bertumbuh dan menjadi lebih dewasa harus melalui masa-masa pelik. Dengan memahami diri kita sendiri, permasalahan-permasalahan yang berdatangan akan dapat dilalui dengan bijaksana. Juga, kita harus ingat bahwa apa pun yang terjadi dalam hidup kita, hanya kita yang benar-benar memahami apa yang harus dilakukan.

2. Tidak Membanding-bandingkan.

Berkaitan dengan rasa insecure dalam diri kita, quarter life crisis ini dirasakan oleh setiap orang yang memasuki masa transisi dari remaja ke dewasa. Jadi, bukan hanya kita yang merasakan QLC ini, tetapi semua orang. Hal yang dapat disoroti adalah bagaimana menghadapinya. Setiap orang memiliki proses kehidupannya masing-masing. Untuk itu, hal penting yang perlu dilakukan adalah tidak membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Fokuslah kepada perkembangan diri kita sendiri tanpa perlu mencampurinya dengan cara orang lain.

3. Menyibukkan Diri dengan Hal yang Disukai.

Alih-alih melupakan atau berlari dari suatu permasalahan, tetapi carilah kegiatan yang dapat menyibukkan diri kita, sehingga hal-hal negatif yang ada di pikiran dapat terlewati dan tergantikan dengan hal yang lebih positif. Selalu berfokus pada menyenangkan diri sendiri dengan melakukan apapun yang disukai, dengan batasan-batasan tertentu pastinya. Dengan hal tersebut, kita dapat semakin mampu menghadapi dan menikmati QLC dengan positif.

Tips-tips tadi bisa jadi jalan ninja kalian dalam menghadapi quarter life crisis. Tetaplah fokus terhadap diri kita dalam menghadapi QLC ini. Juga, yang paling utama adalah nikmati masa-masa seperti ini karena kita bisa mengetahui kemampuan kita dalam menghadapi masalah.

Referensi

Penulis : Fera Verentina, S.Psi

Editor Tata Bahasa : Dian Damanik

Sumber Tulisan :

  1. Arnett, J. J. (2007). Emerging adulthood: What is it, and what is it good for? Child development perspective,1(2), 68-73.
  2. Azis, A., & Gunungpati, S. Survive Or Thrive? Students’future Orientation During Quarter Life Crisis.
  3. Duara, R., Hugh-Jones, S., & Madill, A. (2021). 'Forced adulthood': An aspect of'quarterlife crisis' suffered by young English and Assamese adults. Qualitative Studies, 6(1), 11-37.
  4. Robinson, O. (2015). Emerging Adulthood, Early Adulthood, and Quarter Life Crisis. Emerging adulthood in a European context.
  5. Zwagery, R. V., & Yuniarrahmah, E. (2021). Psikoedukasi “Quarter Life Crisis: Choose The Right Path, What Should I Do Next?”. To Maega: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(3), 272-280.

Artikel Lainnya!

06 Apr

Benarkah YOLO = Bahagia yang  Sesungguhnya?

by Lydia Kristiani S. Psi

Setiap orang punya hobi atau kegemaran akan sesuatu yang berbeda-beda. Bisa jadi berbelanja atau berwisata. Ketika orang tersebut tenggelam dalam kesenangannya, kerap terucap slogan, "You only live once!"  alias YOLO. Gaya hidup dengan patokan YOLO makin mudah dijumpai saat ini. Sesungguhnya,  YOLO mempunyai hubungan dengan kesehatan mental lho!

Read More
04 Apr

13 Cara untuk Menjadi Lebih Bahagia

by Anita Djie, S.Psi

Halo, Socconians!

Ketika menghadapi banyak masalah atau merasa suntuk dengan kehidupan sehari-hari, sangat wajar apabila kalian merasa sedih atau tidak bersemangat. Tapi, jangan berlarut dalam kesedihan, yuk! Jika emosi negatif tersebut tidak ditangani dengan baik, kesehatan mental kalian juga dapat terdampak.

Read More
21 Mar

Cara Meningkatkan Kualitas Hidup di Masa Pandemi

by Nadiah Cahyani, S.Psi.

Hi, Socconians

Kali ini, Social connect akan membagikan beberapa cara untuk meningkatkan kualitas hidup di masa pandemi, lho. Kira-kira apa sajakah itu?

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2022 All rights reserved.