• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
08 Jul

Gaya Permissive Parenting Sebabkan Anak Jadi Antisosial

by

Salam, Socconians!

Anak adalah nikmat yang diberikan Tuhan, namun mendidik anak menjadi baik merupakan ujian bagi orang tua. Tahukah Socconians? Gaya parenting atau pola asuh yang kita terapkan dapat memengaruhi kesehatan mental anak. Salah satu gangguan kesehatan mental yang dapat berkembang adalah anak menjadi pribadi yang antisosial. Gangguan kepribadian antisosial (ASPD/Antisocial Personality Disorder) merupakan gangguan proses berpikir yang membuat seseorang melakukan perilaku tidak bertanggung jawab, eksploitatif, menguntungkan diri sendiri, dan tindakan kriminal tanpa merasa menyesal. Pasti Socconians ga mau kan si kecil tumbuh menjadi Antisosial? Yuk, simak pembahasan Social Connect mengenai gaya pengasuhan dan ASPD!

Parenting memiliki dua faktor penting penentu perkembangan moralitas anak, yaitu kehangatan dan aturan orang tua. Menurut Baumrind (dalam Johnson, 2016) berdasarkan kedua hal tersebut terlahirlah empat jenis parenting sebagai berikut.

Jenis-jenis Parenting

1. Authoritative Parenting (Pola Asuh Berwibawa)

Parenting ini terjadi ketika orang tua berusaha membuat hubungan yang positif dengan anaknya (orang tua bersikap hangat). Orang tua melaksanakan peraturan dan memberikan konsekuensi, sembari mempertimbangkan perasaan anaknya dan menjelaskan alasan-alasan di balik semua peraturan yang ada. Biasanya orang tua menerapkan pujian dan penghargaan sebagai umpan balik positif bagi anak. Anak dengan pola pengasuhan ini cenderung lebih percaya diri dan sukses saat dewasa.

2. Authoritarian Parenting (Pola Asuh Otoriter)

Orang tua authoritarian percaya bahwa anak-anak harus mengikuti aturan tanpa terkecuali (orang tua dingin). Parenting ini berfokus pada membuat anak penurut tanpa menjelaskan alasan dari aturan yang berlaku dan tidak mempertimbangkan perasaan anak-anak. Orang tua menerapkan hukuman sebagai konsekuensi dari perilaku yang tidak diinginkan. Anak yang tumbuh dengan orang tua authoritarian cenderung mematuhi peraturan, namun beberapa anak akan menjadi agresif dan berfokus pada rasa marah yang dirasakan kepada orang tua mereka.

3. Permissive Indulgent Parenting (Pola Asuh Memanjakan)

Orang tua dengan gaya parenting ini menunjukkan kehangatan yang sangat tinggi namun tidak menerapkan aturan sehingga kontrol terhadap anak sangat sedikit dan tidak disiplin. Anak-anak ini diperbolehkan membuat keputusan dan peraturan sendiri. Dibandingkan memberi arahan, orang tua lebih memperlihatkan peran teman dengan anak. Anak dengan parenting jenis ini akan sulit memiliki kontrol diri, tidak dewasa, dan memperlihatkan perilaku antisosial. Gaya pengasuhan ini juga berhubungan dengan tingginya tindakan kriminal saat anak dewasa.

4. Permissive Neglectful atau Uninvolved Parenting (Pola Asuh Menelantarkan)

Gaya pengasuhan ini tidak memiliki kehangatan maupun aturan terhadap anak. Orang tua cenderung abai pada anak dan tidak memberikan perhatian. Orang tua hanya memberikan kebutuhan fisik untuk anak, namun tidak terjalin hubungan batin. Biasanya, orang tua jenis ini hanya memedulikan kehidupannya sendiri dan tidak memiliki waktu untuk anak-anaknya. Parenting jenis ini memiliki hasil yang paling buruk dan destruktif. Perasaan ditolak oleh orang tua dan kurangnya stimulasi perkembangan moral membuat anak-anak ini lebih mudah mengalami depresi, narsistik, dan sikap antisosial bahkan kekerasan.

Gimana, Socconians? Dari uraian sebelumnya sudah tahu kan gaya parenting yang paling berisiko menyebabkan gangguan kesehatan mental pada anak yaitu gaya permissive parenting mulai dari jenis indulgent maupun neglectful.

Bagaimana Permissive Parenting Menyebabkan Anak jadi Antisosial?

Kedua gaya pengasuhan permisif memanjakan dan menelantarkan akan menghasilkan anak-anak yang tidak bertanggung jawab atas tindakannya. Hal ini disebabkan karena anak-anak tidak diberikan aturan oleh orang tua sehingga mereka tidak belajar tentang aturan, hukum, dan disiplin. Kemudian, keleluasaan untuk melakukan apa saja yang diinginkan ketika mereka ingin, tanpa rasa takut akan konsekuensi, serta keputusan tanpa pengawasan menjadikan anak memiliki kontrol diri yang lemah, impulsif, dan cenderung menunjukkan perilaku antisosial. Hal ini terjadi karena anak masih belum cukup matang untuk membedakan hal yang benar dan salah serta sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

Selain keleluasaan yang berlebihan dan tanpa pengawasan, orang tua yang menelantarkan anak tidak mengajak anak untuk berdiskusi atau memberikan nasihat tentang moralitas sehingga anak tidak memiliki pengetahuan tentang hal tersebut. Penolakan, penelantaran, dan tidak berkembangnya moralitas pada anak memicu depresi, narsisisme, dan perilaku antisosial.

Nah, sudah paham kan? Seorang anak membutuhkan kasih sayang dan arahan. Saran bagi para orang tua pembaca Social Connect, lakukanlah gaya authoritative parenting yang terbukti memberikan hasil positif untuk menghindari perkembangan gangguan kepribadian antisosial pada anak.

Referensi

Penulis: Yara Cantika

Editor-in-Chief: Kabrina Rian

Editor Medis: Fadilla M. Aulia, S.Psi

Editor Tata Bahasa: Iis Sahara dan Zimi

Sumber Tulisan :

  1. Fisher, K.A., & Hany M. (2020). Antisocial Personality Disorder. StatPearls (Internet). Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. Diakses dari laman https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK546673/ pada 08 September 2020.
  2. Johnson, S. A. (2016). Parenting Styles and Raising Delinquent Children: Responsibility of Parents in Encouraging Violent Behavior. Forensic Research & Criminology International Journal, 3(1). https://doi.org/10.15406/frcij.2016.03.00081
  3. Johnson, S. A. (2019). Understanding the violent personality: antisocial personality disorder, psychopathy, & sociopathy explored. Forensic Research & Criminology International Journal, 7(2), 76–88. https://doi.org/10.15406/frcij.2019.07.00267
  4. Morin, Amy. (2019). 4 Types of Parenting Styles and Their Effects on Kids. Diakses dari laman https://www.verywellfamily.com/types-of-parenting-styles-1095045 pada 08 September 2020.

Artikel Lainnya!

14 Aug

4 Cara untuk Meningkatkan Self-Image Kita

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Self-image adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri secara baik atau buruk. Jika kita seringkali membanding-bandingkan diri kita dan membentuk sebuah pemikiran, “Kalau kita tidak sukses (seperti yang lain), kita tidak berharga”. Alhasil, self-image kita akan merosot. Berikut empat cara untuk meningkatkan self-image kita!

Read More
12 Aug

Meningkatkan Kualitas Hubungan: Know Yourself Better

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Apakah Socconians sudah mengenali diri kalian lebih baik? Dengan mengenali diri kita sendiri, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan kita dengan diri kita sendiri, lho! Selayaknya ketika kita ingin berkenalan dengan orang lain, mengenali diri kita sendiri menggunakan pendekatan yang serupa.

Read More
10 Aug

Mengetahui Lebih Banyak Tentang Toxic Relationship

by Rizka Siti Nur Rachmawati, S.Psi

Socconians pernah dengar apa itu toxic relationship? Saat ini tidak jarang ditemui bahwa apa yang kita anggap tidak sehat belum tentu orang lain juga akan sependapat. Ada beberapa hal dasar yang perlu sama-sama Socconians ketahui tentang tanda-tanda hubungan toxic relationship. Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut ini!

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2025 All rights reserved.