• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
06 Jul

Kamu OCD atau Perfeksionis?

by

Halo, Socconians!

“Aku nggak suka kalau kamarku tidak bersih dan tidak terlihat rapi, apakah aku mengidap OCD?” Hayo, siapa di antara Socconians yang pernah memiliki pemikiran seperti itu? Selama ini, pemikiran tersebut kerap langsung dihakimi sebagai gangguan kesehatan mental OCD. Lantas, apakah memang demikian?

Apakah Socconians termasuk orang yang sangat suka mengatur benda-benda berdasarkan warna dan ukurannya? Atau mungkin Socconians termasuk orang yang sangat menjaga kebersihan sehingga terbiasa membersihkan sesuatu lebih dari satu kali? Jika mendengar contoh tersebut, mungkin kita akan menduga hal tersebut merupakan gejala atau tanda dari OCD. Namun, apa sebenarnya OCD itu?

Mengenal OCD

Obsessive Compulsive Disorder (OCD) merupakan salah satu gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan munculnya pikiran secara terus-menerus (obsesif) yang menyebabkan penderitanya melakukan sesuatu secara berulang kali (kompulsif). Kedua hal ini tidak diinginkan dan sulit dikendalikan oleh penderitanya. Gangguan kesehatan mental ini mungkin saja diderita oleh siapa pun, lho.

Gejala OCD umumnya mulai muncul pada usia anak-anak hingga dewasa awal. Bentuk gejala perilaku kompulsif yang ditunjukkan oleh penderita gangguan kesehatan mental ini pun sangatlah beragam. Beberapa contoh perilaku yang kerap kali ditemui adalah perilaku membersihkan diri, seperti mencuci tangan lebih dari tiga kali pada rentang waktu yang berdekatan. Perilaku kompulsif yang terkait dengan membersihkan diri tersebut termasuk ke dalam kategori perilaku washer dan cleaner.

Beberapa contoh perilaku kompulsif lain yang juga dialami oleh beberapa penderita OCD adalah mengecek dan memeriksa keamanannya secara berlebihan. Misalnya, penderita OCD berulang kali mengecek apakah pintu rumah sudah terkunci dengan benar atau belum. Perilaku tersebut masuk ke dalam kategori perilaku checker.

Pada umumnya, para penderita OCD menyadari bahwa pikiran-pikiran obsesi dan perilaku kompulsif yang mereka alami tersebut cukup mengganggu keseharian mereka. Mereka mengalami kesulitan untuk mengendalikan atau menekan obsesi khusus tersebut.

Mengingat gejala perilaku kompulsif OCD sangat erat berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan pribadi, ada beberapa perilaku yang nampak serupa, bahkan terkadang dianggap sebagai gejala Obsessive Compulsive Disorder. Salah satu contoh miskonsepsi adalah kemiripan perilaku OCD dengan perfeksionisme.

Mengenal Sifat Perfeksionisme

Socconians, sebagian dari kita mungkin pernah merasa sangat ingin tampil dengan sempurna dalam berbagai hal, seperti dalam hal penampilan, prestasi, atau berbagai bentuk aktualisasi diri lainnya. Namun, apa yang sebenarnya dimaksud dengan perfeksionis?

Istilah perfeksionis digunakan untuk menggambarkan seseorang dengan sifat yang mengedepankan standar kesempurnaan yang sangat tinggi untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Orang dengan sifat perfeksionisme umumnya sangat memperhatikan detail dan menghabiskan banyak waktu untuk mengecek pekerjaannya berulang kali untuk mencapai hasil yang paling sempurna.

Sifat perfeksionisme pada seseorang juga dapat didorong oleh pencarian validasi melalui penghargaan dan apresiasi, juga rasa takut mengecewakan orang lain. Walaupun terdengar sangat berani dan yakin untuk mencapai hal-hal yang sempurna, orang-orang perfeksionis juga berhati-hati dalam mengambil risiko, khususnya jika risiko tersebut bisa menyebabkan kegagalan yang akan merusak kesempurnaan yang dicari.

Walau gejala OCD dan sifat perfeksionisme sama-sama ditandai dengan fokus terhadap detail dan sangat merasa tidak nyaman dengan kesalahan, keduanya memiliki perbedaan yang sangat penting, lho.

Apa Perbedaan OCD dan Sifat Perfeksionisme?

Perbedaan mendasar antara seseorang yang menderita OCD dengan seorang perfeksionis umumnya terletak pada rasa kecemasan yang dialami. Bagi orang dengan gejala OCD, tidak melakukan sesuatu untuk mengurangi tekanan dari pikirannya atau obsesinya akan menimbulkan kecemasan sehingga ia terdorong untuk kembali melakukan perilaku secara kompulsif.

Sementara itu, walaupun orang-orang perfeksionis cenderung melakukan dan menyelesaikan kegiatannya dengan cara yang terstruktur, detail, dan kaku, mereka tidak selalu melakukannya dalam keadaan cemas. Berikut ini beberapa tanda lain yang menjadi ciri dari strategi perfeksionis yang kurang sehat.

  1. Kaku mengikuti aturan atau standar dalam melakukan sesuatu.
  2. Menganggap kesalahan sebagai sesuatu yang fatal.
  3. Melakukan pengecekan secara berlebihan hingga pekerjaannya tampak “benar”.

Sedangkan gejala perilaku yang bisa diobservasi dari penderita OCD bisa berupa hal-hal di bawah ini.

  1. Ketakutan berlebih terhadap kontaminasi kuman.
  2. Kekhawatiran yang berlebihan tentang bahaya yang mungkin akan menimpa diri sendiri maupun orang lain.
  3. Membersihkan sesuatu secara berlebihan.
  4. Menghitung, mengecek, dan memperbaiki hal-hal yang terkait dengan keamanan secara berkali-kali.

Nah, jika ditelusuri lebih jauh ternyata OCD dan perfeksionisme memiliki perbedaan yang cukup signifikan, Socconians. Oleh sebab itu, berhenti untuk menyamakan antara OCD dan perfeksionisme, ya!

Referensi

Penulis: Atik Soraya

Editor-in-Chief: Aniesa Rahmania Pramitha Devi

Editor Medis: Gabriella Christina Sutanto, S.Psi

Editor Tata Bahasa: Christina Intania A.

Sumber Tulisan :

  1. Kelly, Owen. (2019). “Obsessive Compulsive Disorder(OCD) And Perfectionism”. Diakses pada tanggal 25 September dari situs web Very Well Mind
  2. Kennedy, Collen. (2014). “Perfectionism: Personality or Obsessive Compulsive Disorder?”. The Complications of Defining the Undefinable. University of Missouri, Columbia.
  3. Martin, Sharon. (2017). “What’s The Difference Between OCD and Perfectionism”. Diakses pada tanggal 16 September 2020 dari situs web Psychcentral
  4. National Institute of Mental Health. (2020). “Obsessive-Compulsive Disorder: When Unwanted Thoughts Or Repetitive Behaviors Take Over”. Diakses pada tanggal 16 September 2020 dari situs web nimh
  5. Szymanski, Jefff. (2008). “Perfectionism Are You Sure It Pays Off?”. Diakses pada tanggal 16 September 2020 dari situs web iocdf.org

Artikel Lainnya!

14 Aug

4 Cara untuk Meningkatkan Self-Image Kita

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Self-image adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri secara baik atau buruk. Jika kita seringkali membanding-bandingkan diri kita dan membentuk sebuah pemikiran, “Kalau kita tidak sukses (seperti yang lain), kita tidak berharga”. Alhasil, self-image kita akan merosot. Berikut empat cara untuk meningkatkan self-image kita!

Read More
12 Aug

Meningkatkan Kualitas Hubungan: Know Yourself Better

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Apakah Socconians sudah mengenali diri kalian lebih baik? Dengan mengenali diri kita sendiri, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan kita dengan diri kita sendiri, lho! Selayaknya ketika kita ingin berkenalan dengan orang lain, mengenali diri kita sendiri menggunakan pendekatan yang serupa.

Read More
10 Aug

Mengetahui Lebih Banyak Tentang Toxic Relationship

by Rizka Siti Nur Rachmawati, S.Psi

Socconians pernah dengar apa itu toxic relationship? Saat ini tidak jarang ditemui bahwa apa yang kita anggap tidak sehat belum tentu orang lain juga akan sependapat. Ada beberapa hal dasar yang perlu sama-sama Socconians ketahui tentang tanda-tanda hubungan toxic relationship. Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut ini!

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2025 All rights reserved.