• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
23 Jul

OCD vs OCPD: Gejala dan Ciri-cirinya

by Rizfa Putri Khainayya

Hi, Socconians!

Kalian harus tahu kalau Gangguan Obsesif Kompulsif atau yang biasa kita kenal dengan sebutan OCD adalah suatu gangguan kesehatan mental berupa kecemasan ketika orang tersebut memiliki pikiran berlebihan (obsesi) dan melakukan perilaku tertentu secara berulang-ulang. Hal ini seperti mencuci tangan, memeriksa barang, atau membersihkan sesuatu secara berulang-ulang hingga mengganggu rutinitas sehari-hari. Perilaku repetitif tersebut dilakukan sebagai upaya mengurangi rasa cemas yang dipicu oleh perasaan tertekan akibat pikiran obsesif yang dimiliki secara intens pada seseorang. OCD dapat memengaruhi individu dari segala usia dan latar belakang, lho, Socconians!

Selain OCD, ada yang namanya OCPD. OCPD atau Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif merupakan gangguan kepribadian ketika seseorang memiliki pemikiran yang terpaku pada keteraturan, kesempurnaan, kontrol mental, dan kontrol interpersonal, dengan mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan, dan efisiensi. Orang dengan OCPD sangat fokus pada detail demi tercapainya kesempurnaan atau perfeksionisme.

Lalu, bagaimana gejala serta ciri-ciri yang biasanya dimiliki oleh seseorang dengan OCD atau OCPD?

Gejala serta Ciri-Ciri Penderita OCD dan OCPD

Para penderita OCD biasanya mengalami hal-hal berikut.

  • Memiliki obsesi berupa pikiran, gambar, dan dorongan yang tidak diinginkan, sehingga menyebabkan tekanan dan rasa cemas pada dirinya secara ekstrem/intens.
  • Menyadari pikiran/obsesi mereka yang tidak masuk akal, tetapi mustahil atau tidak mampu untuk mengendalikannya.
  • Melakukan perilaku tertentu secara berulang untuk meredakan rasa cemasnya. Hal ini seperti mencuci tangan, memeriksa pintu yang sudah terkunci, mengatur posisi barang-barang tertentu, atau mengatakan suatu kalimat secara berulang-ulang.
  • Sering memiliki pikiran atau kekhawatiran terhadap sesuatu yang dapat berubah menjadi obsesi berlebihan sehingga mengganggu keberfungsian atau rutinitas kehidupan individu.
  • Rasa tenang yang diperoleh karena melakukan perilaku repetitif hanya bersifat sementara, dan rasa cemas akibat obsesi yang sama sering muncul kembali.

Di sisi lain, orang dengan OCPD mengalami hal-hal seperti:

  • Adanya hasrat untuk memenuhi kebutuhan secara berlebihan demi kesempurnaan, sehingga menyebabkan tugasnya tidak dapat diselesaikan karena hasil pekerjaan tidak sesuai dengan standarnya yang sangat tinggi.
  • Terlalu terpaku pada detail-detail kecil, peraturan, urutan, daftar, dan jadwal secara berlebihan sehingga tujuan utama dari tugas yang harus dijalankan sering kali terlupakan.
  • Memiliki dedikasi yang berlebihan terhadap pekerjaan, sehingga mengabaikan atau mengorbankan keluarga atau teman.
  • Tidak mampu untuk menyingkirkan barang yang tidak lagi memiliki nilai (hoarding).
  • Menginginkan segala sesuatu dilakukan secara sempurna, sangat kaku, dan tidak fleksibel terhadap nilai-nilai moral, etika, dan aturan.
  • Tidak mampu bermurah hati pada orang lain dan keras kepala

Perbedaan OCD vs OCPD

  • Obsesi VS Perfeksionis

Pada dasarnya, orang OCD dan OCPD sama-sama memiliki pikiran obsesif dan perilaku kompulsif. Namun, OCD lebih merujuk pada bentuk gangguan kecemasan yang dialami karena adanya obsesi terhadap hal tertentu. Di sisi lain, OCPD mengacu pada gangguan kepribadian yang bersifat menyeluruh dan merujuk pada segala aspek hidupnya, di mana terdapat kebutuhan untuk segalanya terkendali dan terpenuhi secara sempurna (perfeksionis).

  • Kesadaran

Individu dengan OCD menyadari bahwa obsesi atau pikiran yang berlebihan tidak masuk akal, tetapi mereka tidak mampu mengendalikan pemikiran tersebut. Bahkan, individu dengan OCD berusaha untuk menghentikan pikiran atau obsesi tersebut, tetapi tidak dapat dihentikan. Individu dengan OCD menyadari bahwa perilaku kompulsif yang dilakukan berulang-ulang untuk mengurangi kecemasannya sudah sangat mengganggu rutinitas sehari-hari. Di sisi lain, individu dengan OCPD tidak menyadari bahwa perilaku dan kepribadian yang menginginkan kesempurnaan dapat mengganggu rutinitas ataupun memberikan dampak pada hubungan mereka dengan orang lain. Individu dengan OCPD memiliki standar yang terlalu tinggi (perfeksionis), menurut mereka, pemikiran dan perilakunya sudah yang paling tepat. Biasanya, ketika individu dengan OCPD bercerita dengan psikolog atau psikiater, mereka lebih berfokus pada perilaku orang lain yang tidak pernah bisa mengikuti standar kesempurnaan yang mereka harapkan.

  • Tekanan Emosional

Obsesi yang dirasakan pada orang dengan OCD disadari sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan dan membuat individu tersebut merasa cemas berlebihan. Sebaliknya, orang dengan OCPD menikmati waktu-waktu ketika mereka harus mengerjakan, mengatur, menyusun, dan menyempurnakan sesuatu secara detail, meskipun menghabiskan banyak waktu.

  • Alasan melakukan tindakan

Orang dengan OCD melakukan perilaku secara berulang (kompulsif) sebagai upaya untuk meringankan rasa kecemasan dan obsesi yang dirasakan. Namun, alasan orang dengan OCPD melakukan sesuatu secara fokus, teratur, dan mendetail adalah sebagai bentuk mereka untuk meningkatkan efisiensi aktivitas demi mencapai kesempurnaan.

Nah, meskipun kita telah mengetahui perbedaan OCD dan OCPD, tetapi yang boleh mendiagnosis seseorang memiliki OCD atau OCPD hanya tenaga ahli medis yang memang memiliki kemampuan pada bidang tersebut. Berkonsultasi dengan tenaga medis profesional merupakan satu-satunya cara untuk mengetahui diagnosis yang tepat dan penanganan yang sesuai dengan gejala yang dimiliki seseorang. Oleh karena itu, jika Socconians merasa berada dalam kondisi tersebut atau mengenal seseorang mengalami situasi seperti yang sudah disebutkan di atas, jangan ragu untuk meminta bantuan dari para profesional ya, Socconians!

Referensi

Penulis: Rizfa Putri Khainayya

Editor-in-Chief: Kabrina Rian

Editor Medis: Astridiah Primacita Ramadhani, S.Psi

Editor Tata Bahasa: Finda Rhosyana

Sumber Tulisan :

  1. Hertler, S. C. (2013). Understanding Obsessive-Compulsive Personality Disorder: Reviewing the Specificity and Sensitivity of DSM-IV Diagnostic Criteria. SAGE Open, 1-10.

  2. International OCD Foundation. (n.d.). About OCD. Retrieved from International OCD Foundation: https://iocdf.org/about-ocd/

  3. (IOCDF), I. O. (2010). Obsessive Compulsive Personality Disorder (OCPD). PO Box 961029, Boston, MA 02196, 617.973.5801 : International OCD Foundation (IOCDF).

  4. National Institute of Mental Health. (2019, October). Obsessive-Compulsive Disorder. Retrieved from National Institute of Mental Health: https://www.nimh.nih.gov/health/topics/obsessive-compulsive-disorder-ocd/index.shtml#part_145345

  5. Owen Kelly, P. (2019, September 12). OCD vs. Obsessive Compulsive Personality Disorder. Retrieved from Very Well Mind: https://www.verywellmind.com/ocd-vs-obsessive-compulsive-personality-disorder-2510584

  6. Tristan Gorrindo, M. R. (2017, July). What Is Obsessive-Compulsive Disorder Retrieved from American Psychiatric Association: https://www.psychiatry.org/patients-families/ocd/what-is-obsessive-compulsive-disorder

Artikel Lainnya!

14 Aug

4 Cara untuk Meningkatkan Self-Image Kita

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Self-image adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri secara baik atau buruk. Jika kita seringkali membanding-bandingkan diri kita dan membentuk sebuah pemikiran, “Kalau kita tidak sukses (seperti yang lain), kita tidak berharga”. Alhasil, self-image kita akan merosot. Berikut empat cara untuk meningkatkan self-image kita!

Read More
12 Aug

Meningkatkan Kualitas Hubungan: Know Yourself Better

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Apakah Socconians sudah mengenali diri kalian lebih baik? Dengan mengenali diri kita sendiri, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan kita dengan diri kita sendiri, lho! Selayaknya ketika kita ingin berkenalan dengan orang lain, mengenali diri kita sendiri menggunakan pendekatan yang serupa.

Read More
10 Aug

Mengetahui Lebih Banyak Tentang Toxic Relationship

by Rizka Siti Nur Rachmawati, S.Psi

Socconians pernah dengar apa itu toxic relationship? Saat ini tidak jarang ditemui bahwa apa yang kita anggap tidak sehat belum tentu orang lain juga akan sependapat. Ada beberapa hal dasar yang perlu sama-sama Socconians ketahui tentang tanda-tanda hubungan toxic relationship. Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut ini!

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2025 All rights reserved.