• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
07 Jul

Self-Acceptance: Menjadi Bahagia dengan Sederhana

by

Salam, Socconians!

Tahukah kamu? Kebahagiaan adalah bahan utama dari kesejahteraan dan kesehatan seorang manusia yang berhubungan erat juga dengan kesehatan mental. Demi meraih kebahagiaan, kamu dapat memilih berbagai cara pengembangan diri, salah satunya adalah dengan melakukan self-acceptance. Bagaimana sih self-acceptance memengaruhi kebahagiaan? Bahas lebih dalam, yuk!

Apa Arti dari Kebahagiaan?

Sebagai awal, penting untuk kamu mengerti apa itu kebahagiaan. Kebahagiaan sering diartikan sebagai suatu kondisi sejahtera dan puas. Biasanya kondisi “sejahtera” ini identik dengan meningkatkan rasa senang dan mengurangi rasa sakit. Namun, menurut pendekatan Aristoteles, kebahagiaan adalah kondisi ketika seseorang merasakan emosi yang tepat. Emosi yang tepat bukan hanya sekadar merasakan hal yang menyenangkan, tapi juga emosi yang tidak menyenangkan, seperti kemarahan atau takut. Merasakan emosi yang tepat ini dipercaya berhubungan dengan kebahagiaan yang lebih besar.

Menghadapi perasaan negatif pasti tidak akan mudah. Perasaan negatif akan menyehatkan ketika dikemas dengan respon tepat yang normal. Perlu dimengerti, perasaan negatif juga tidak akan mencegah seseorang meraih tujuannya dan tidak akan mencegah seseorang mengalami emosi positif yang berhubungan dengan tujuan-tujuannya yang lain. Dalam melakukan pengembangan diri agar dapat merespon dengan baik dan merasakan emosi yang tepat, kamu bisa mempelajari self-acceptance.

Apa itu Self-Acceptance?

Secara umum, self-acceptance adalah suatu konsep menerima diri sendiri terlepas dari kelemahan atau kekurangan seseorang. Self-acceptance melibatkan kesadaran yang realistis dan subjektif bagi seseorang akan kekuatan dan kelemahannya. Self-acceptance dapat dicapai dengan berhenti mengkritik diri, lalu memperbaiki kekurangan-kekurangan diri dengan mindset menerima adanya kekurangan dalam diri, yaitu menoleransi diri yang memiliki ketidaksempurnaan di beberapa bagian.

Dengan menghilangkan penilaian diri dan menguatkan self-acceptance, kita dapat terbebas dari kecemasan, perasaan tidak mampu, dan takut pada kritik serta penolakan. Hal ini membuat orang lebih fokus dan bebas untuk mengejar hal-hal yang benar-benar membuat diri merasa bahagia. Perlu kamu ingat, menjadi bahagia dan menikmati hidup jauh lebih penting daripada membuktikan diri.

Self-Acceptance untuk Kebahagiaan

Tidak lupa, untuk kesehatan mental yang lebih baik, Social Connect akan berbagi beberapa cara melakukan self-acceptance untuk bahagia. Simak, ya!

1. Mendefinisikan diri berharga

Kamu berharga karena dirimu “ada”, karena dirimu hidup, dan karena kekuatan karakter individu dan kemampuanmu yang membentuk keunikan dalam dirimu.

2. Berhenti membandingkan diri

Menerima diri tanpa melihat pencapaian orang lain atau berusaha mendapat pengakuan orang-orang untuk menyetujui keberadaan dirimu. Ingat ya, jangan menilai diri berdasar pada pendapat orang secara umum. Evaluasi diri berdasar apa yang kamu pikirkan, rasakan, dan lakukan.

3. Beri ruang untuk pengembangan diri

Terima dirimu beserta kesalahan-kesalahan yang kamu buat dan lakukan usaha-usaha terbaik untuk memperbaiki kekuranganmu atau meningkatkan kualitasmu. Social Connect harap, Socconians selalu membuat ruang yang luas untuk mengembangkan diri.

Mulai kebahagiaan dari diri sendiri dahulu, yuk! Social Connect mau kamu mengerti dan melakukan self-acceptance, sehingga kamu dapat menerima dan melakukan pengembangan diri hingga menjadi pribadi yang lebih bahagia dan mampu menyebarkan kebahagiaan nantinya. Semangat, Socconians!

Referensi

Penulis : Yara Cantika

Editor-in-Chief : Aniesa Rahmania Pramitha Devi

Editor Medis : Pandhit Satrio Aji S.Psi

Editor Tata Bahasa : Zimi

Sumber Tulisan :

  1. Bernard, M. E. (2013). The strength of self-acceptance: Theory, practice and research. Springer Science+Business Media, 1–288. https://doi.org/10.1007/978-1-4614-6806-6
  2. Mauss, I. B., Tamir, M., Anderson, C. L., & Savino, N. S. (2011). Can seeking happiness make people happy?. Emotion, 11(4), 807–815. https://doi.org/10.1037/a0022010.Can
  3. Tamir, M., Schwartz, S. H., Oishi, S., & Kim, M. Y. (2017). The secret to happiness: Feeling good or feeling right?. Journal of Experimental Psychology: General, 146(10), 1448–1459. https://doi.org/10.1037/xge0000303

Artikel Lainnya!

14 Aug

4 Cara untuk Meningkatkan Self-Image Kita

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Self-image adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri secara baik atau buruk. Jika kita seringkali membanding-bandingkan diri kita dan membentuk sebuah pemikiran, “Kalau kita tidak sukses (seperti yang lain), kita tidak berharga”. Alhasil, self-image kita akan merosot. Berikut empat cara untuk meningkatkan self-image kita!

Read More
12 Aug

Meningkatkan Kualitas Hubungan: Know Yourself Better

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Apakah Socconians sudah mengenali diri kalian lebih baik? Dengan mengenali diri kita sendiri, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan kita dengan diri kita sendiri, lho! Selayaknya ketika kita ingin berkenalan dengan orang lain, mengenali diri kita sendiri menggunakan pendekatan yang serupa.

Read More
10 Aug

Mengetahui Lebih Banyak Tentang Toxic Relationship

by Rizka Siti Nur Rachmawati, S.Psi

Socconians pernah dengar apa itu toxic relationship? Saat ini tidak jarang ditemui bahwa apa yang kita anggap tidak sehat belum tentu orang lain juga akan sependapat. Ada beberapa hal dasar yang perlu sama-sama Socconians ketahui tentang tanda-tanda hubungan toxic relationship. Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut ini!

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2025 All rights reserved.