• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
15 Oct

Mau WFH yang Bahagia? Yuk, Tingkatkan Kualitas Tim Virtualmu!

by Uwaisy Salsabil, S.Psi

Halo, Socconians!

Saat ini, pengaturan kerja yang lebih fleksibel dan tidak mengharuskan para pekerja berada di kantor banyak diterapkan oleh perusahaan. Pengaturan kerja tersebut merupakan bagian dari telecommuting yang merupakan sistem bekerja dari rumah, sedikitnya dua hari dalam seminggu, menggunakan komputer yang terhubung dengan perusahaan (Robbins dan Judge, 2018). Selama pandemi COVID-19, istilah yang paling relevan dengan telecommuting adalah Work from Home  atau yang lebih dikenal dengan sebutan WFH.

Berbicara mengenai WFH dan tim, pengaturan kerja dengan sistem WFH akan membentuk tim virtual. Istilah tim virtual didefinisikan sebagai suatu tim yang menggunakan teknologi komputer untuk mempersatukan para anggota secara fisik yang tersebar untuk mencapai tujuan umum (Robbins dan Judge, 2018). Seiring berjalannya waktu, sistem WFH yang mengharuskan seseorang tergabung dalam tim virtual justru memberikan banyak kendala kepada para pekerja. Satu di antara kendala yang paling banyak dialami adalah kesulitan melakukan koordinasi dengan rekan kerja (Mungkasa, 2020).

Contoh sederhananya, ketika bekerja di kantor dan membutuhkan bantuan rekan kerja untuk melengkapi laporan, kamu bisa mendatanginya secara langsung apabila ia tidak merespons pesan yang dikirimkan. Akan tetapi, berbeda dengan WFH. Apabila hal yang sama terjadi, kamu tidak bisa mendatanginya secara langsung. Dengan demikian, kerja sama tim dalam sistem WFH menyulitkan dan memberikan tantangan tersendiri kepada para pekerja. Padahal, kenyamanan dan kelancaran koordinasi antarrekan kerja mempunyai andil yang sangat besar untuk mencapai hasil kerja yang maksimal dan berkualitas.

Dampak negatif dari tim virtual tidak hanya koordinasi antarrekan kerja yang terhambat, tetapi juga dapat mengurangi hubungan sosial dan interaksi langsung di antara anggota tim sehingga menimbulkan perasaan terisolasi. Apabila dibiarkan, kondisi seperti ini akan sangat berbahaya bagi kesehatan mental dan keberlangsungan hidup para pekerja pada umumnya. Hal itu ditegaskan oleh Rahmi (2014) bahwa situasi yang demikian bisa menjadi pemicu kurangnya kebahagiaan pekerja dalam menjalani pekerjaannya. Pasalnya, hubungan dengan rekan kerja merupakan salah satu faktor kebahagiaan di tempat kerja. Oleh karena itu, diperlukan strategi jitu untuk meningkatkan kualitas tim virtual agar lebih efektif dalam mendukung proses kerja sehari-hari dan mempertahankan hubungan sosial yang sehat dengan rekan kerja.

Strategi pertama yang bisa kamu lakukan adalah memperhatikan ukuran tim virtualmu karena size does matter. Semakin sedikit jumlah anggota sebuah tim, hubungan yang terjalin antaranggota akan semakin erat. Menurut Mcshane dan Glinow (2009), tim yang efektif terdiri dari anggota yang berjumlah maksimal 5 sampai 7 orang. Jadi, ketika tergabung dalam sebuah proyek pekerjaan dengan anggota tim lebih dari 7 orang, kamu bisa membicarakannya kembali dengan atasan.

Kedua, menetapkan norma kerja. Sebuah tim yang baik tentu memiliki norma. Ada baiknya setiap anggota dalam tim virtual memahami norma yang berlaku, misalnya dalam hal penggunaan aplikasi untuk bertukar informasi, berbagi dokumen, mengatur pekerjaan, dan untuk saling menyapa. Ada tim virtual yang cukup menggunakan satu aplikasi saja untuk melakukan semuanya. Sebaliknya, ada juga tim virtual yang menggunakan berbagai aplikasi berbeda, seperti WhatsApp untuk saling menyapa dan bertukar informasi, e-mail untuk berbagi dokumen, dan Zoom atau Google Meet untuk meeting. Selain penggunaan aplikasi, bahasa dan tata tulis yang umum dipahami oleh suatu tim virtual akan berbeda dari tim virtual lainnya sehingga menjadi wajib bagi setiap anggota untuk memahami penggunaan bahasa, kalimat, dan jenis sapaan yang disetujui di dalam sebuah tim virtual. Pemahaman terhadap norma-norma yang berlaku dapat meminimalisasi timbulnya kesalahpahaman dalam komunikasi dan koordinasi tim.

Ketiga, melakukan tatap muka. Meskipun statusnya adalah tim virtual, sesekali tetap dibutuhkan pertemuan tatap muka. Sejatinya, teknologi video conference yang canggih sekelas Zoom, Google Meet, Ms. Teams, atau Skype belum bisa menggantikan interaksi tatap muka langsung yang dapat menciptakan ikatan dan rasa saling memahami antaranggota tim (Mcshane dan Glinow, 2009). Kondisi kebaruan normal saat ini sudah dapat memfasilitasi pertemuan tatap muka tersebut. Socconians pastinya senang dapat bertemu dan bercengkerama secara langsung dengan rekan kerja. Pastikan protokol kesehatan selalu diterapkan dengan menggunakan masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan. Perlu diingat, ketika bertemu tatap muka, usahakan untuk tidak membahas pekerjaan. Fokus saja terhadap pembicaraan sehari-hari yang dapat mempererat ikatan antarrekan kerja.

Socconians, ketiga strategi jitu di atas dapat kamu coba dan sebarkan kepada teman-teman yang mempunyai masalah dengan tim virtualnya. WFH yang bahagia berawal dari tim virtual yang berkualitas.

Referensi

Penulis: Uwaisy Salsabil, S.Psi

Editor Tata Bahasa: Delisti Putri Utami

Sumber Tulisan

  1. McShane, S. L. dan Von Glinow, M. A. (2010). Organizational Behavior: Emerging Knowledge and Practice for the Real World. 5th Ed. New York: The McGraw-Hill Companies
  2. Mungkasa, Oswar. (2020). "Bekerja dari Rumah (Working From Home/WFH): Menuju Tatanan Baru Era Pandemi Covid 19". The Indonesian Journal of Development Planning, Vol. IV, No.2.
  3. Rahmi, Fitria. (2018). Happiness at Workplace. Proceeding of International Conference of Mental Health, Neuroscience, and Cyberpsychology.
  4. Robbins, Stephen P, Judge, Timothy A. (2018). Perilaku Organisasi Organizational Behavior. Edisi 16. Jakarta: Salemba Empat.

Artikel Lainnya!

14 Aug

4 Cara untuk Meningkatkan Self-Image Kita

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Self-image adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri secara baik atau buruk. Jika kita seringkali membanding-bandingkan diri kita dan membentuk sebuah pemikiran, “Kalau kita tidak sukses (seperti yang lain), kita tidak berharga”. Alhasil, self-image kita akan merosot. Berikut empat cara untuk meningkatkan self-image kita!

Read More
12 Aug

Meningkatkan Kualitas Hubungan: Know Yourself Better

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Apakah Socconians sudah mengenali diri kalian lebih baik? Dengan mengenali diri kita sendiri, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan kita dengan diri kita sendiri, lho! Selayaknya ketika kita ingin berkenalan dengan orang lain, mengenali diri kita sendiri menggunakan pendekatan yang serupa.

Read More
10 Aug

Mengetahui Lebih Banyak Tentang Toxic Relationship

by Rizka Siti Nur Rachmawati, S.Psi

Socconians pernah dengar apa itu toxic relationship? Saat ini tidak jarang ditemui bahwa apa yang kita anggap tidak sehat belum tentu orang lain juga akan sependapat. Ada beberapa hal dasar yang perlu sama-sama Socconians ketahui tentang tanda-tanda hubungan toxic relationship. Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut ini!

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2025 All rights reserved.