• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
27 Oct

Mengenal Ketergantungan Emosional dalam Relasi Romantis

by Lucia Citra Pertiwi, S.Psi

“Aku tidak bisa hidup tanpanya.”

“Aku tidak berharga kalau tidak dengan dia.”

“Kehilangan dia sama dengan kehilangan separuh hidupku.”

Hai, Socconians!

Ekspresi cinta tersebut tampak romantis, bukan? Namun, perlu diwaspadai, ya. Bisa saja kita mengalami ketergantungan emosional pada pasangan kita. Hal ini disebabkan karena ungkapan tersebut akan tertanam dalam diri dan menimbulkan kepercayaan bahwa pasangan adalah sumber kebahagiaan diri. Pengorbanan untuk cinta memang lumrah terjadi bagi pasangan kekasih yang sedang jatuh cinta. Namun, jika pengorbanan tersebut membuat kita kehilangan diri sendiri demi kebahagiaan pasangan, saat inilah kita perlu menyadari sesuatu. Bahwa sesungguhnya, kita telah membuat diri kita dan pasangan menjadi saling tergantung satu sama lain. Nah, kali ini Social Connect ingin berbagi sedikit pengetahuan mengenai apa itu ketergantungan emosional dalam relasi romantis. Yuk, kita simak!

Ketergantungan emosional sesungguhnya merupakan kebutuhan akan kasih sayang yang sangat tinggi yang dirasakan seseorang kepada pasangannya. Seseorang dengan ketergantungan emosional memiliki ketakutan akan perpisahan, sehingga hal ini memberikan efek buruk pada ikatan emosional, membuat mereka menjadi rapuh, dan mengganggu kesehatan mental mereka. Ketakutan seseorang akan perpisahan ini membuat mereka bertahan dalam hubungan yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan, mengorbankan keinginan, dan kebutuhan pribadi. Hal tersebut mengarah pada terkikisnya kualitas hidup seseorang. Pasangan yang memiliki ketergantungan emosional memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Pasangan yang saling bergantung dapat mengalami gangguan ketergantungan, dimana seseorang sulit untuk mengambil keputusan sendiri tanpa pendapat orang lain.

2. Cenderung menghindari konflik karena takut kehilangan dukungan dan penerimaan dari orang lain.

3. Kekhawatiran karena dapat mengurus diri sendiri dengan baik, sehingga seseorang cenderung mencari hubungan dekat dengan orang lain sebagai penggantinya.

Ketergantungan emosional dalam relasi romantis sangat berbahaya bagi kesehatan mental seseorang, ya, Socconians! Terutama apabila seseorang tidak mampu mengenali permasalahannya. Berikut ini dampak dari ketergantungan emosional pada pasangan:

1.Hilangnya keberhargaan diri. 

Saat seseorang menjadi terlalu bergantung pada pasangan, mereka akan melakukan segala hal untuk pasangan dengan kehilangan diri sendiri. Seseorang menjadi tidak aman secara emosional dan menjadi tidak percaya diri. Mereka percaya bahwa kebahagiaan hanya didapatkan dari pasangan, sehingga kehilangan pasangan akan menjadi kerugian yang sangat besar bagi seseorang.

2. Isolasi diri dan ketidakmampuan bersosialisasi. 

Seseorang yang menghabiskan banyak waktunya untuk pasangan cenderung mengisolasi dirinya dan kurang interaksi dengan orang lain. Hal ini juga dapat meningkatkan kritik diri dan secara perlahan dapat merusak kepercayaan diri seseorang, terutama dalam bersosialisasi.

3. Menjadi korban kekerasan fisik dan psikologis. 

Seseorang yang menginvestasikan energi dan kasih sayang kepada pasangan lebih rentan menjadi korban kekerasan dalam relasi romantis. Hal ini disebabkan karena anggapan pasangan bahwa diri kita sosok yang lemah dan sangat bergantung sehingga mudah bagi dirinya untuk melakukan kekerasan, berbohong, dan bertindak seenaknya.

4. Terganggunya kesejahteraan psikologis. 

Ketergantungan emosional tidak hanya paradigma dalam pemikiran saja, melainkan bentuk dari gangguan kesehatan mental. Seseorang yang telah bergantung pada orang lain akan mengalami gangguan dysphoric moods yang ditandai dengan perubahan mood yang tidak dapat diprediksi dan sulit untuk diatasi. Tak jarang, mereka juga akan mengalami gangguan mood seperti depresi, stres, kecemasan, perasaan bersalah yang sangat tinggi, kehampaan, dan kesepian.

Setelah membaca pemaparan di atas, tentu kita perlu semakin waspada pada diri sendiri ya, Socconians! Pastikan Socconians sudah memiliki cinta yang penuh pada diri sendiri sebelum menjalin relasi romantis sehingga kita tidak perlu menggantungkan kebahagiaan pada pasangan. Kita juga tidak perlu mengorbankan kebahagiaan kita demi membuat pasangan bahagia apalagi hingga mengakibatkan kehilangan diri sendiri. Namun, apabila Socconians memang membutuhkan bantuan profesional, tidak perlu merasa ragu dan sungkan untuk berkonsultasi dengan psikolog, ya!

Referensi

Penulis: Lucia Citra Pertiwi, S.Psi
Editor Tata Bahasa: Lailatul Qomariah

Sumber Tulisan:

  1. Estévez, A., Chávez-Vera, M. D., Momene, J., Olave L., et al. (2018) The role of emotional dependence in the relationship between attachment and impulsive behavior. Annals of Psychology. 34. 438-445. http://dx.doi.org/10.6018/analesps.34.3.313681
  2. Joelson, R. B. (2019). “Is dependency unhealthy?”. Diakses dari laman web https://www.psychologytoday.com/intl/blog/moments-matter/201911/is-dependency-unhealthy pada tanggal 14 April 2021
  3. Johnson, E. B. (2019). “How to end your emotional dependency”. Diakses dari laman web How to end your emotional dependency | by E.B. Johnson | LV Development | Medium pada tanggal 14 April 2021
  4. Raypole, C. (2020). “How to recognize and work through emotional dependency”. Diakses dari laman web Emotional Dependency: What It Looks Like and How to Stop It (healthline.com) pada tanggal 14 April 2021

Artikel Lainnya!

06 Apr

Benarkah YOLO = Bahagia yang  Sesungguhnya?

by Lydia Kristiani S. Psi

Setiap orang punya hobi atau kegemaran akan sesuatu yang berbeda-beda. Bisa jadi berbelanja atau berwisata. Ketika orang tersebut tenggelam dalam kesenangannya, kerap terucap slogan, "You only live once!"  alias YOLO. Gaya hidup dengan patokan YOLO makin mudah dijumpai saat ini. Sesungguhnya,  YOLO mempunyai hubungan dengan kesehatan mental lho!

Read More
04 Apr

13 Cara untuk Menjadi Lebih Bahagia

by Anita Djie, S.Psi

Halo, Socconians!

Ketika menghadapi banyak masalah atau merasa suntuk dengan kehidupan sehari-hari, sangat wajar apabila kalian merasa sedih atau tidak bersemangat. Tapi, jangan berlarut dalam kesedihan, yuk! Jika emosi negatif tersebut tidak ditangani dengan baik, kesehatan mental kalian juga dapat terdampak.

Read More
21 Mar

Cara Meningkatkan Kualitas Hidup di Masa Pandemi

by Nadiah Cahyani, S.Psi.

Hi, Socconians

Kali ini, Social connect akan membagikan beberapa cara untuk meningkatkan kualitas hidup di masa pandemi, lho. Kira-kira apa sajakah itu?

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2022 All rights reserved.