• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
23 Oct

Dampak Negatif dari Menekan dan Menyembunyikan Emosi

by Anastasia Tiara Putri, S.Psi

Hi, Socconians! 

Kalian pasti sudah tidak asing dengan kata “emosi”, bukan? Emosi adalah reaksi subjektif terhadap suatu kejadian dalam hidup yang bersifat sementara dan dapat memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu. Emosi dibagi menjadi dua jenis, yakni emosi negatif dan emosi positif. Contoh dari emosi negatif adalah sedih dan marah, sedangkan contoh dari emosi positif adalah senang dan bersyukur. Walaupun dibedakan menjadi dua jenis emosi, kita bisa mengalami keduanya dalam waktu yang bersamaan. Socconians, meski disebut sebagai emosi negatif, merasakan emosi bukan suatu hal yang buruk, ya. Justru ketika bisa merasakan keduanya dengan cukup, kita adalah pribadi yang sehat.

Emosi negatif atau positif yang sedang dirasakan seseorang dapat diekspresikan melalui raut wajah, nada bicara, dan bahasa tubuh. Setiap individu memiliki caranya masing-masing dalam mengelola emosi yang dirasakan. Beberapa orang dengan mudah mengekspresikan emosi, sedangkan yang lainnya lebih memilih memendam atau tidak menghiraukannya. Terdapat banyak alasan mengapa seseorang memilih untuk memendam emosi atau tidak menghiraukan emosi tersebut. Salah satu alasannya adalah faktor budaya kolektif. Terdapat tuntutan sosial agar seseorang memberikan respons (emosi) tertentu yang dianggap tepat dalam menanggapi suatu kejadian sosial. Selain itu, memendam emosi juga diartikan sebagai salah satu norma sosial dalam budaya kolektif.

Selain budaya kolektif, nilai-nilai yang ditanamkan sejak kecil juga dapat menjadi faktor yang membuat seseorang memilih untuk memendam emosinya. Socconians pernah enggak, sih, dengar orang tua yang bilang ke anaknya, “Jangan nangis, nanti wajahnya jelek!” atau “Laki-laki, kok, nangis, sih? Laki-laki itu harus kuat!” Apakah mungkin Socconians sendiri juga pernah mengalaminya? Secara tidak sadar, kata-kata yang pernah didengar tersebut akan membentuk sebuah asosiasi dalam diri bahwa emosi tertentu, terutama emosi negatif, tidak perlu diungkapkan karena akan membuat kita terlihat lemah atau buruk. Sebaliknya, ketika kita dapat mengekspresikan emosi yang dirasakan, salah satunya emosi sedih dengan menangis, dampaknya baik untuk menjaga kesehatan mental.

Sebuah diskusi dengan beberapa rekan membuat penulis menemukan alasan lain dari seseorang yang memilih untuk menekan, memendam, atau tidak menghiraukan perasaannya, yaitu adanya rasa tidak ingin membebani orang lain, terutama ketika menghadapi emosi negatif. Adapun dari hasil penelitian yang telah dilakukan, mengekspresikan baik emosi positif maupun negatif dapat membantu kita dalam membangun kedekatan dengan orang lain. Bahkan, dapat membangun empati dalam sebuah hubungan. Namun, perlu diingat bahwa saat mengekspresikan emosi jangan sampai meledak-ledak seperti marah yang tidak terkontrol. Malahan, kondisi berlebihan seperti ini juga perlu diwaspadai. Topik ini akan kita bahas di artikel lain, ya, Socconians.

Guna menjaga kesehatan mental, tentu kita perlu tahu apa saja dampak negatif dari menekan dan menyembunyikan emosi yang dirasakan. Menurut beberapa jurnal, terdapat sejumlah dampak negatif dari menekan, menyembunyikan, atau tidak menghiraukan emosi yang dirasakan. Dampak negatif tersebut dapat mempengaruhi aspek sosial, fisik, sampai psikologis. Yuk, kita simak dampak-dampak tersebut pada paragraf selanjutnya!

Beberapa dampak negatif dari menekan dan menyembunyikan emosi dalam aspek sosial, yaitu kurangnya kedekatan dengan orang lain, sulit dipahami oleh orang lain, mispersepsi bahwa yang bersangkutan enggan membangun hubungan dekat, dan adanya anggapan bahwa yang bersangkutan tidak jujur dalam melakukan interaksi sosial. Hal ini dapat terjadi karena dalam membangun sebuah hubungan yang dekat diperlukan keterbukaan atau self-disclosure, termasuk dalam keterbukaan emosi yang dialami. Bagi individu yang bersangkutan, dampak-dampak negatif dalam aspek sosial tersebut dapat menyebabkan rendahnya tingkat kepuasaan terhadap hubungan sosial yang dijalani.

Selain berdampak negatif pada kehidupan sosial, menekan dan menyembunyikan emosi dapat mengganggu kesehatan psikologis seperti merasa cemas dan menyebabkan depresi yang berujung pada psikopatologi. Kemudian, rasa kesepian yang datang menyergap dapat memicu timbulnya perilaku bunuh diri.

Setelah Socconians mengetahui beberapa dampak negatif dari menekan dan menyembunyikan emosi, yuk, sama-sama berlatih untuk mengenal setiap emosi yang kita alami demi menjaga kesehatan mental. Selain belajar mengenalinya, kita juga bisa belajar mengindentifikasi penyebab dari timbulnya emosi tersebut. Lalu, kita bisa belajar untuk mengekspresikan emosi dengan cara menyampaikan apa yang dirasakan beserta penyebabnya. Contohnya, nih, kamu marah dengan pasanganmu karena ia datang terlambat. Daripada kamu diam saja dan menyimpan rasa marah, lebih baik sampaikan dengan baik bahwa kamu merasa marah dan kecewa karena pasanganmu tidak datang tepat waktu. Padahal, kamu sudah berusaha untuk tempat waktu. Tentu hal ini tidak mudah dilakukan, tetapi jika mau berlatih, kita pasti akan terbiasa melakukannya.

Referensi

Penulis: Anastasia Tiara Putri, S.Psi

Editor Tata Bahasa: Belanida Aldinisalma

Sumber Tulisan:

  1. Huwae, Sylvia dan Schaafsma, Juliette. Cross-cultural differences in emotion suppression in everyday interaction. International Journal of Psychology. 2016; 1-8. DOI: 10.1002/ijop.12283.
  2. Rowe, Anna D dan Fitness, Julie. Understanding the role of negative emostion in adult learning and achievement: a social functional perspective. MDPI Journal Behavior Sci, 2018; 27: 1-20. doi:10.3390/bs8020027.
  3. Butler, Emily A., Egloff, Boris., Wilhem, Frank H., et al. The social consequences of expressive suppression. Emotion. 2003, 3 (1), 48-67. DOI: 10.1037/1528-3542.3.1.48
  4. Kowalska, Magda dan Wrobel, Monika. Basic emotion. 2017. Springer International Publishing. DOI 10.1007/978-3-319-28099-8_495-1
  5. Matsumoto, David., Yoo, Seung Hee., dan Nakagawa, Sanae. Culture, emotion regulation and adjustment. Journal of Personality and Social Psychology. 2018, 94 (6), 925-937

Artikel Lainnya!

14 Aug

4 Cara untuk Meningkatkan Self-Image Kita

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Self-image adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri secara baik atau buruk. Jika kita seringkali membanding-bandingkan diri kita dan membentuk sebuah pemikiran, “Kalau kita tidak sukses (seperti yang lain), kita tidak berharga”. Alhasil, self-image kita akan merosot. Berikut empat cara untuk meningkatkan self-image kita!

Read More
12 Aug

Meningkatkan Kualitas Hubungan: Know Yourself Better

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Apakah Socconians sudah mengenali diri kalian lebih baik? Dengan mengenali diri kita sendiri, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan kita dengan diri kita sendiri, lho! Selayaknya ketika kita ingin berkenalan dengan orang lain, mengenali diri kita sendiri menggunakan pendekatan yang serupa.

Read More
10 Aug

Mengetahui Lebih Banyak Tentang Toxic Relationship

by Rizka Siti Nur Rachmawati, S.Psi

Socconians pernah dengar apa itu toxic relationship? Saat ini tidak jarang ditemui bahwa apa yang kita anggap tidak sehat belum tentu orang lain juga akan sependapat. Ada beberapa hal dasar yang perlu sama-sama Socconians ketahui tentang tanda-tanda hubungan toxic relationship. Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut ini!

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2025 All rights reserved.